TRIBUNJATIM.COM - Ruang ganti AC Milan kini sedang amburadul hingga bikin pelatih Paulo Fonseca pusing.
Terlebih soal kondisi Theo Hernandez dan kelakuan dari Rafael Leao.
Bahkan dua nama ini juga mendapatkan kritik yang sama dari Paulo Fonseca.
Bukan tak bagus, namun ada beberapa hal yang menjadi catatan Fonseca.
Baca juga: Pertahanan Keropos, AC Milan Bahkan Berniat Menguangkan Bek Pilarnya, Padahal Sering Kebobolan
Pemain AC Milan Theo Hernandez mendapat banyak kritikan atas penampilan defensifnya yang buruk saat menghadapi Cagliari dan awal musim yang naik-turun.
Ia kewalahan menghadapi Nadir Zortea dan Gabriele Zappa, yang terlibat dalam setiap gol yang dicetak tim asal Sardinia pada hari Sabtu.
Theo Hernadez mengenakan ban kapten namun tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, demikian dilaporkan oleh La Gazzetta dello Sport.
Pemain asal Prancis ini menghadapi kritik yang sama dengan Rafael Leao.
Ia terlalu lepas dan tidak memiliki determinasi serta tidak cukup agresif.
Pemain sayap ini membalikkan keadaan dalam beberapa pertandingan terakhir. Paulo Fonseca dapat mencoba melakukan hal yang sama dengan sang pemain bertahan.
Sang penyerang dicadangkan dalam tiga pertandingan beruntun dan kemudian kembali tampil gemilang saat menghadapi Real Madrid dan Cagliari, menghasilkan dua penampilan terbaiknya musim ini.
Theo Hernandez dimainkan sebagai pemain pengganti di awal-awal pertandingan, namun hal ini dikarenakan alasan fisik.
Paulo Fonseca akan memiliki beberapa pilihan jika ia meneruskan rencana tersebut.
Davide Calabria telah kembali bermain setelah beberapa kali mengalami cedera. Ia dan Emerson Royal dapat beradaptasi di sayap kiri dalam keadaan darurat.
Filippo Terracciano telah bermain di dua posisi bek sayap dengan hasil yang cukup baik sejauh ini.
Ia tidak memiliki rekam jejak inkonsistensi yang sama dengan Rafael Leao, namun ia terkadang terhambat oleh kelengahan dan kurangnya fokus di lini belakang, yang mana hal ini tidak aneh mengingat gayanya.
Mereka dapat mencobanya karena hal tersebut berhasil untuk rekan setimnya, meskipun dalam ukuran sampel yang kecil, namun hal tersebut pasti akan merusak lini serang mereka, karena calon penggantinya sangat berbeda.
Pemain Keturunan Indonesia Dipuji Eks Pelatih Barcelona, Performa AC Milan di Liga Italia Disorot
Berita Liga Italia terbaru, pemain keturunan Indonesia yang kini bermain di AC Milan, Tijjani Reijnders mendapat pujian dari Frank Rijkaard.
Legenda Timnas Belanda dan Eks Pelatih Barcelona, Frank Rijkaard melihat potensi besar yang dimiliki oleh Tijjani Reijnders di AC Milan.
Apalagi Tijjani Reijnders mampu menunjukkan penampilan impresifnya bersama AC Milan di musim 2024-2025.
Tijjani Reijnders semakin mengangkasa seiring hasil positif yang diraih oleh AC Milan pada laga kontra Real Madrid di Liga Champions.
Berduel di Santiago Bernabeu, Selasa (5/11/2024) atau Rabu dini hari WIB, I Rossoneri menang 3-1 atas El Real.
Tijjani Reijnders mampu menjadi penentu kemenangan timnya lewat gol penutup.
Dengan satu gol itu, kini Reijnders tercatat sudah mengepak 3 gol dari 4 laga di Liga Champions musim ini.
Sebagai pemain berposisi gelandang central, catatan tersebut terbilang mengesankan.
Kemampuan dan nalurinya dalam mencetak gol tidak kalah buruknya saat ia mampu beroperasi sebagai gelandang jangkar.
Tak ayal jika gelandang berdarah Maluku tersebut digadang-gadang bisa menjadi pemain top di Eropa bahkan dunia.
Keyakinan itu diungkapkan oleh eks pemain AC Milan sekaligus legenda Timnas Belanda, Frank Rijkaard.
Frank Rijkaard, yang pernah bermain sebagai gelandang bertahan, melihat Reijnders bisa menjadi sosok terbaik di dunia untuk posisinya.
"Saya berharap Reijnders menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia, tetapi saya sungguh yakin dia sudah berada di jalur yang benar," ucap Rijkaard seperti dikutip BolaSport.com dari La Gazzetta dello Sport.
Bisa dibilang torehan gol yang dibuat oleh Reijnders meningkat cukup signifikan dari musim lalu.
Kakak kandung dari winger Timnas Indonesia, Eliano Reijnders tersebut sudah membuktikannya dengan dua gol beruntun ke gawang Monza dan Real Madrid.
Peningkatan itulah yang membuat Rijkaard yakin akan kemampuan yang dimiliki oleh Tijjani.
"Saya sangat menyukai cara dia bermain," ujar Rijkaard.
"Seiring berjalannya waktu dia menjadi semakin penting bagi Milan."
"Di lapangan tengah, ia bisa meng-cover semua peran dan ia menunjukkan kemurahan hatinya: ia tidak pernah menahan diri untuk berlari bagi tim dan selalu memberikan segalanya."
"Dengan kualitas yang dimilikinya, ia sangat baik dalam menciptakan aksi-aksi berbahaya bagi rekan-rekannya dan mengatur permainan dengan baik," ujar eks pemain yang terkenal dalam trio Belanda bersama I Rossoneri tersebut menambahkan.
* Profil Tijjani Reijders
Tijjani Reijders adalah pemain yang berposisi sebagai gelandang itu lahir di Belanda.
Ia disebut-sebut memiliki garis keturunan Indonesia dari sang Ibu.
Tijjani Reijnders bergabung dengan AZ Alkmaar U-21 pada 2017.
Kemudian pada 2018, ia bergabung dengan tim utama, AZ Alkmaar.
Martin Reijnders adalah ayah dari Tijjani dan Eliano Reijnders. Kedua nama itu merupakan hasil pernikahannya dengan perempuan keturunan Maluku bernama Angelina Lekatompessy.
Menariknya, Martin dulunya diketahui berprofesi sebagai pesepak bola profesional.
Bakat dan minatnya itu menurun kepada dua putranya yang saat ini menikmati karier di lapangan hijau juga.
Mengutip laman Transfermarkt, Martin lahir di Belanda pada 11 April 1972. Saat ini, usianya telah memasuki 52 tahun.
Pada catatan karier sepak bolanya, Martin mengawali perjalanan bersama PEC Zwolle, sebuah klub profesional di Belanda.
Sebelum naik ke tim utama pada 1990, ia lebih dulu menjadi bagian Zwolle U-19. Menghabiskan banyak waktu bersama Zwolle, Martin hengkang ke Amerika Serikat pada Juli 1998.
Waktu itu, ia bergabung dengan Nashville Metros. Namun, waktunya di Negeri Paman Sam sangat singkat. Pada November di tahun yang sama, Martin kembali ke Eropa dan bermain untuk klub asal Finlandia, FC Jokerit.
Kurang dari setahun, Martin pindah menuju klub Finlandia lain bernama FC Haka. Pada Januari 2000, ia sempat dipinjamkan ke FC Den Bosch di Belanda.
Bertahan setengah musim, Martin kembali ke FC Haka dan terus bersama hingga Januari 2002. Setelahnya, ia kembali ke Belanda dan bergabung dengan SC Veendam.
Artikel ini telah tayang di Tribunkalteng.com