Karmun mengaku sudah terbiasa dengan hal itu, bahkan jika kondisi hujan sekalipun, ia tetap semangat untuk berangkat ke sekolah.
"Kondisi jalan di sini memang sudah sejak dulu seperti itu," ucapnya saat dikonfirmasi TribunJatim.com melalui sambungan seluler pada Senin (4/11/2024).
"Bahkan jarak tempuh dari rumah saya yang berada di Kecamatan Plandaan, ke sekolah kalau cuaca kemarau bisa cepat, sekitar satu jam," imbuh Karmun.
Jika musim kemarau, kondisi jalan cenderung kering dan lebih memudahnya untuk cepat ke sekolah.
Meskipun jalan tetap berbatu dan sama sekali tidak merata.
Namun kondisi berbeda drastis jika sudah masuk musim penghujan.
Karmun menjelaskan, jika masuk musim hujan, kondisi jalan menjadi basah dan berlumpur.
Hal itu bisa terjadi karena sebagian besar jalan di lokasi tersebut masih didominasi oleh pasir dan bebatuan.
Ia menuturkan, jika saat musim hujan, ditambah kondisi jalan yang berlumpur dan licin, membuat jarak tempuh ke sekolah menjadi lebih lama bahkan hampir dua jam lebih.
"Kalau hujan, jalan menjadi lebih ekstrem, karena jalannya jadi licin. Kalau pakai motor dengan ban biasa pasti akan jatuh terus."
"Karena itu mengantisipasinya dengan menggunakan ban motor drill," ujarnya.
Tidak hanya harus melewati jalan berliku dan penuh hambatan untuk sampai ke sekolah.
Di sekolah, Karmun dan beberapa guru hanya mengajar 16 peserta didik saja.
Jumlah ini sudah keseluruhan murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.
"Keseluruhan jumlahnya ada 16 murid. Untuk kelas 1 ada muridnya, kelas 2 kosong, kelas 3 ada muridnya, kelas 4 ada, kelas 5 kosong, dan kelas 6 ada muridnya," katanya.
Ia mengaku, kendala dalam mencari siswa baru juga dipengaruhi faktor geografis lokasi setempat yang jauh dari kota.
Selain itu juga jumlah penduduk yang sedikit.
Hal itu juga selaras dengan kondisi kehidupan di masyarakat Dusun Rapah Omboh.
"Di daerah sini, dari keluarganya jika ada satu keluarga yang memang mau hamil lagi itu harus dipikir-pikir lagi."
"Karena memang, biasanya kalau sudah hamil umur delapan bulan itu harus turun gunung," ungkapnya.
"Kalau tidak, turun medannya terlalu sulit, karena medan di sini ekstrem. Kalau beberapa waktu lalu pas ada yang sakit di musim penghujan itu ditandu," tukasnya. (Anggit Puji Widodo)
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com