TRIBUNJATIM.COMĀ - Wacana kantin sekolah bakal ditarik retribusi tengah menjadi sorotan.
Adapun wacana ini bakal diterapkan di Jakarta.
Sejumlah pedagang buka suara mengenai wacana tersebut.
Pedagang mengaku khawatir jika dipungut iuran akan berdampak pada pendapatannya.
Meski tidak keberatan, mereka meminta untuk jumlah iuran tidak mahal-mahal.
Ninik Sri (48), pedagang roti bakar di kantin SMP 10 Jakarta, Kramatjati, Jakarta Timur, mengaku tidak keberatan jika ada penarikan retribusi kantin sekolah.
Namun, Ninik berharap penarikan retribusi tidak memberatkan pedagang di kantin sekolah.
"Ya setuju saja, ikuti aturannya jika sudah ada. Asal tidak memberatkan, disesuaikan saja hitungannya," kata Ninik saat ditemui di SMP 10 Jakarta, Jumat (22/11/2024), dikutip dari Kompas.com.
Pasalnya, Ninik sudah membayar sewa lapak kantin sebesar Rp 4.000.000 per tahun kepada koperasi sekolah.
Ninik menjelaskan, pendapatannya saat ini berkurang, terlebih dengan adanya kurikulum merdeka yang mengajarkan kemandirian siswa.
"Karena kalau lagi proyek itu, anak-anak belajar berdagang, jualan makanan itu, bagus sebenarnya untuk kemandirian, tetapi kalau anak-anak dagang, kantin jadi sepi," ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh Rusmi (55), pedagang jus buah di SMP 10 Jakarta Timur.
Dia tidak keberatan ada penarikan retribusi, asal jangan terlalu tinggi.
"Asal tidak mahal-mahal saja iurannya," kata Rusmi.
Kendati demikian, ia belum menerima informasi terkait retribusi tersebut, karena biasanya perubahan iuran diberitahu oleh koperasi sekolah.