Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Detik-detik penangkapan 25 orang terduga pengguna dan bandar sabu yang dilakukan Anggota Gabungan Ditresnarkoba Polda Jatim, Polrestabes Surabaya dan Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, di Jalan Kunti, Surabaya, pada Jumat (22/11/2024) sore.
Ratusan personel gabungan itu melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang telah diintai sedang membeli, mengonsumsi, dan mengedarkan sabu.
Petugas berlarian mengejar mereka yang berlarian kabur menyelinap dalam gang kecil permukiman padat penduduk di kawasan tersebut.
Ada yang disergap saat berada di atas motor dan berusaha menggeber kencang motornya. Lalu, ada juga ditangkap setelah dikejar di jalanan gang rumah warga.
Bahkan, ada juga yang ditangkap saat asyik berpesta sabu-sabu di sebuah bilik tersembunyi di dalam permukiman padat tersebut.
Baca juga: Mama Muda di Ngawi Terlibat Peredaran Narkoba, Nekat Jadi Kurir Sabu
Penangkapan dalam patroli gabungan itu dilakukan sejak pukul 16.00 WIB.
Mereka dikumpulkan oleh petugas di depan persimpangan utama jalan tersebut.
Lalu, menyita sekitar 57 poket Narkotika berisi sabu.
Puluhan orang yang berhasil diamankan itu, dilakukan tes urine oleh petugas medis Dokkes Polda Jatim.
Baca juga: Pemuda Asal Jalan Kunti Surabaya Curi Motor hingga 25 kali, Kecanduan MiChat
Direktur Ditresnarkoba Polda Jatim Kombes Pol Robert Da Costa mengatakan, dari 25 orang yang diamankan terdapat 17 orang dinyatakan positif amphetamine, berdasarkan hasil tes urine.
Kemudian, mereka dibawa ke Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
"17 orang positif (usai hasil tes urine). Dan, sementara sisanya, masih diselidiki lagi. Tetap kami bawa untuk diketahui perannya masing-masing," katanya, pada Sabtu (23/11/2024) dini hari.
Tujuannya melakukan penindakan secara masif dengan operasi gabungan semacam ini. Robert ingin mengubah stigmatisasi buruk kawasan permukiman Jalan Kunti dikenal sebagai kampung narkoba.
Baca juga: Andrew Andika Baru Bebas Narkoba Kepergok Pesta Bareng Ani-ani, Tengku Dewi: Gak Tobat-tobat Lu
"Selama ini stereotipe masyarakat dikenal dengan kampung yang bebas menggunakan narkoba. Kami akan ubah menjadi kampung bebas narkoba," pungkasnya.
Sekadar diketahui, program penanggulangan peredaran narkotika di wilayah Jatim, termasuk kawasan permukiman Jalan Kunti, sebagai salah satu targetnya, melalui pendekatan partisipasipatif masyarakat 'Kampung Tanggung Bebas Narkoba', sudah diinisiasi Ditresnarkoba Polda Jatim, sejak lama.
Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yang saat itu dikepalai oleh AKBP Ganis Setyaningrum, sudah pernah memulainya.
Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menyulap permukiman di Jalan Kunti, Sidotopo, Semampir, Surabaya menjadi 'Kampung Tanggung Bebas Narkoba', pada Rabu (16/6/2021).
Baca juga: Polda Jatim Tangkap 48 Tersangka Kejahatan Perdagangan Orang, Ada Muncikari dan Penyalur TKI Ilegal
Upaya tersebut, bertujuan memberdayakan partisipasi masyarakat dalam menangkal peredaran narkoba yang berpotensi muncul di kawasan jalan yang terdiri dari tiga pembagian yuridis rukun warga (RW), yakni RW 7, RW 8, dan RW 10 itu.
Stigma yang menyebut bahwa permukiman di sana sebagai kawasan rawan peredaran narkoba.
Ditengarai oleh maraknya, operasi penangkapan terduga pelaku penyalahgunaan narkoba.
Menurut Samiun (49) salah satu warga RW 8, sekitar tahun 2018 silam di permukimannya banyak terdapat operasi penangkapan terduga pelaku penjual, kurir, ataupun pengguna narkoba yang dilakukan pihak kepolisian.
Baca juga: Polda Jatim Imbau Masyarakat Ambil Pelajaran dari Kasus Ivan Sugianto, Orang Tua Harus Lebih Bijak
Terutama di kawasan Jalan Kunti, di sisi timur, yang berada di kawasan RW 7.
Setahu, kakek satu orang cucu itu, beberapa tahun belakangan kejadian operasi penangkapan di kawasan permukimannya, mulai jarang
Namun, sayangnya, stigma yang menyebut permukimannya dengan istilah 'Kampung Narkoba', tak kunjung sirna.
"Ada yang jual (narkoba). Sekarang enggak ada. Ya 1 dan 2 orang, ya mesti tahu. Tahun 2018 kalau gak salah (marak). Iya sudah diberantas KP3," katanya saat ditemui TribunJatim.com di Jalan Kunti, Gang 1, RW 8, Sidotopo, Semampir, Surabaya, Kamis (17/6/2021).
Sementara itu, Ketua RW 8, Sidotopo, Semampir, Surabaya, Lutfi tidak menampik adanya anggapan negatif mengenai kampungnya yang disebut sarang peredaran narkoba.
Menurutnya, stigma tersebut muncul begitu saja, seiring dengan maraknya operasi penangkapan terduga pelaku penyalahgunaan narkoba di permukimannya.
"Artinya begini memang dulu-dulunya itu ada yang katakanlah pemakai, mungkin ada. Sampai ada kejadian-kejadian itu dulu," katanya saat dihubungi TribunJatim.com
Lutfi juga mengaku keberatan bilamana stigma negatif tersebut cenderung terus menerus dilekatkan terhadap masyaraka di kampungannya.
Pasalnya, kehidupan warga permukimannya terbilang biasa-biasa saja, lazimnya warga Surabaya pada umumnya.
Dari sektor perekonomian warganya. Ia tidak menemukan adanya aktivitas jual-beli terselubung yang mencurigakan; apalagi narkoba. Bahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, masih terus dilakukan, hampir tiap pekan.
Mulai dari senam bersama tiap minggu memanfaatkan momen car free day, kegiatan kader pos layanan terpadu (Posyandu), dan kegiatan khusus kalangan ibu-ibu dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
"Tapi setelah ada pandemi ini sebagian sudah istirahat," tegasnya.
Atas adanya stigma tersebut. Ia mengaku kebingungan untuk mencari kebenaran atas adanya oknum warganya yang ditengarai menggerakkan bisnis haram tersebut.
Transaksi barang haram yang cenderung tertutup. Dinilai Lutfi, menyulitkannya dalam memastikan prasangka dan stigmatisasi yang menyebut perkampungannya sebagai sarang narkoba.
"Karena barang kayak gitu kan mungkin dirahasiakan. Saya itu enggak paham. Saya ingin cari tahu, ya enggak ada orang yang ngomong. Moro-moro ada kejadian penangkapan," ungkapnya.
Kendati begitu, ungkap Lutfi, selama ini adanya stigma tersebut tidak berpengaruh negatif secara langsung dengan kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat.
Lutfi juga mengaku keberatan bilamana stigma negatif tersebut cenderung terus menerus dilekatkan terhadap masyaraka di kampungannya.
Pasalnya, kehidupan warga permukimannya terbilang biasa-biasa saja, lazimnya warga Surabaya pada umumnya.
Dari sektor perekonomian warganya. Ia tidak menemukan adanya aktivitas jual-beli terselubung yang mencurigakan; apalagi narkoba. Bahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, masih terus dilakukan, hampir tiap pekan.
Mulai dari senam bersama tiap minggu memanfaatkan momen car free day, kegiatan kader pos layanan terpadu (Posyandu), dan kegiatan khusus kalangan ibu-ibu dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
"Tapi setelah ada pandemi ini sebagian sudah istirahat," tegasnya.
Atas adanya stigma tersebut. Ia mengaku kebingungan untuk mencari kebenaran atas adanya oknum warganya yang ditengarai menggerakkan bisnis haram tersebut.
Transaksi barang haram yang cenderung tertutup. Dinilai Lutfi, menyulitkannya dalam memastikan prasangka dan stigmatisasi yang menyebut perkampungannya sebagai sarang narkoba.
"Karena barang kayak gitu kan mungkin dirahasiakan. Saya itu enggak paham. Saya ingin cari tahu, ya enggak ada orang yang ngomong. Moro-moro ada kejadian penangkapan," ungkapnya.
Kendati begitu, ungkap Lutfi, selama ini adanya stigma tersebut tidak berpengaruh negatif secara langsung dengan kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat.
Tapi, namanya stigma, apalagi bersifat negatif. Ia berharap, melalui peresmian Kampung Tangguh Bebas Narkoba, kemarin, oleh pihak Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Pemkot Surabaya, membuat stigma tersebut berangsur sirna.
Apalagi, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, secara terbuka untuk merealisasikan kebutuhan dalam jangka pendek yang diinginkan warga Jalan Kunti, guna mempercepat upaya pengentasan penyalahgunaan narkoba di kawasan tersebut.
Seperti, penambahan fasilitas publik penunjang keamanan, ataupun sarana fasilitas ketersediaan lapangan kerja, bagi warga miskin dan tidak memiliki tempat tinggal tetap.
"Nah itu kan bisa nanti diutarakan dengan adanya kemarin itu. Jadi sisi-sisi positif nah itu kita kejar terus supaya itu akan berubah," pungkas Lutfi.