"Meskipun jumlahnya sedikit, tapi kaplingannya (luas area warung) jutsru lebih besar dari yang milik warga Surabaya. Yang milik warga Surabaya justru kecil-kecil," katanya.
Pemkot menurut Fikser, sedang menyiapkan intervensi kepada masing-masing UMKM.
Mereka akan dipindahkan ke tempat baru.
Selain mengantisipasi kegiatan tersebut terulang, masing-masing penjual tetap bisa berdagang, namun tidak mengganggu pengguna jalan, menghambat saluran, atau bahkan menjadi pusat peredaran minuman keras.
"Pemkot sedang membangun tempat relokasi untuk pedagang. Lokasinya, ada persis di sebelah barat dan sisi timur Jembatan Suramadu, namun sedikit masuk. Lokasi ini merupakan aset Pemkot Surabaya," katanya.
Selama dua pekan ke depan, proses pengerjaan tempat relokasi dilakukan dengan pengerasan tanah, pemasangan atap baja ringan, dan pembagian lapak pedagang.
Harapannya, ini bisa menjadi jujukan warga yang ingin menikmati Jembatan Suramadu sembari wisata kuliner.
Dengan dipindahkan, pedagang diharapkan bisa lebih tertib.
"Pemkot Surabaya ketika menertibkan tidak serta-merta hanya menertibkan saja," kata Fikser.
"Namun kami juga siapkan tempat penggantinya. Sehingga, mereka tetap bisa berusaha dengan tidak berada di atas trotoar, tidak di dalam taman, atau di bawah jembatan," tandasnya.
Sembari pembangunan tempat relokasi dilakukan, pemkot melakukan giat sosialisasi setiap hari.
Tak sendiri, pihaknya juga melibatkan tokoh masyarakat sekitar.
Patroli dilakukan setiap hari terbagi menjadi 3 jadwal. Yakni, menjelang malam sekitar pukul 17.00 WIB, malan hari sekitar pukul 20.00 WIB, dan menjelang dini hari sekitar 24.00 WIB.
"Kalaupun ada penolakan, itu hal biasa. Namun, kami melakukan pendekatan sehingga mereka bisa memahami. Berbagai keinginan mereka juga kami akomodir," kata Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya ini.