Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER- Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur belum mau melakukan penutupan Pasar hewan, dalam penanganan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sapi.
Bupati Jember, Hendy Siswanto secara tegas menolak usulan penutupan pasar hewan. Sebab kebijakan tersebut akan menimbulkan gejolak ekonomi bagi pedagang ternak.
"Tidak setuju lah, wong ekonomi sedang seperti ini, pasar hewan kok malah ditutup. Gimana to," ujarnya, Rabu (22/1/2025).
Menurutnya, penyebarannya kasus PMK terhadap sapi di Bumi Pendalungan sekarang perlu dikaji mendalam, agar tidak salah langkah mengambil kebijakan.
"Tidak bisa dihantam rata langsung tutup (pasar hewan). Kami harus mendahulukan pencegahan," ucap Hendy.
Hendy menjelaskan, populasi sapi di Jember saat ini sebanyak 250 ribu ekor, sementara yang terpapar PMK hanya 1500-an ternak.
Baca juga: Dampak Penyebaran PMK, Pasar Hewan di Jombang Ditutup Sementara Sampai 1 Februari 2025
"Anggap 2000 ekor, dengan yang tidak dilaporkan. Itu berapa persen perbandingannya, kan masih sangat kecil sekali," ulasnya.
Selain itu penutupan sementara terhadap pasar hewan, kata dia, sangat berisiko terhadap citra sapi di Jember di mata pengusaha dari luar daerah.
"Nanti orang beranggapan, lo kok pasarnya ditutup. Berarti hewan-hewan di Jember bermasalah," ucap Hendy.
Mengingat, kata Hendy, Pemkab Jember sudah punya pengalaman menangani PMK pada 2022, bahkan semua berjalan baik tanpa ada penutupan pasar hewan.
"Dulu PMK-nya lebih masif kasusnya. Nah Sekarang kan tipis-tipis kasus PMK-nya jadi cukup memberikan pencegahan dan vaksinasi terhadap sapi," katanya.
Baca juga: Vaksinasi PMK di Bondowoso Dimulai, Disnakkan: Aman untuk Sapi Bunting, Tidak Boleh Sapi Sakit