Berita Viral

Kadis Bantah Potong Gaji Petugas Kebersihan Surabaya, Pekerja Ngaku Tidak Ada yang Berani Protes

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BANTAH GAJI DIPOTONG - Area Taman Bungkul Surabaya pada 25 Maret 2020. Sejumlah petugas kebersihan di Kota Surabaya, Jawa Timur, mengaku gajinya dipotong.

TRIBUNJATIM.COM - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Dedik Irianto, membantah memangkas gaji petugas kebersihan.

Sebelumnya, sejumlah petugas kebersihan di Kota Surabaya, Jawa Timur, mengaku gajinya dipotong. 

Para petugas kebersihan ini tidak berani protes.

Baca juga: Pantas Eks Menteri Kelautan Tak Mau ke Bandung, Dedi Mulyadi Janji Akan Benahi: Kita Beresin

Lantaran mereka bakal diminta berhenti jika tak mau dengan besaran gaji yang diterima.

Salah satunya diutarakan BS (51), tukang sapu jalan di area Taman Mayangkara.

Ia mengaku tidak diberi tahu alasan pemotongan gaji tersebut.

"Mereka bilangnya, kalau kamu mau tetap kerja ya gaji segini, kalau enggak mau ya keluaro (keluar)," tuturnya.

"Jadi kita enggak dikasih alasannya yang jelas," ungkap BS saat ditemui di sela kerja pada Kamis (30/1/2025).

BS menjelaskan, mulanya gaji petugas kebersihan di Surabaya disesuaikan dengan UMR Surabaya saat itu, yaitu sebesar Rp4,3 juta, kemudian diturunkan menjadi Rp3,7 juta saja.

Besaran gaji Rp3,7 juta per bulan tersebut bertahan hingga saat ini. 

Dia juga menuturkan bahwa tidak ada petugas kebersihan yang berani protes atau menanyakan alasan terkait pemotongan gaji tersebut.

Pasalnya ancaman dipecat membayangi jika mereka terlalu vokal. 

"Takutnya kalau kita terlalu vokal, sementara kita enggak punya, kita enggak punya back up orang belakang, ya apa susahnya memecat orang seperti kita," kata BS.

"Sedangkan saya masih punya tanggungan anak, rumah masih ngontrak, dan sebagainya," jelasnya.

Perlintasan rel kereta api di putaran Taman Mayangkara Surabaya, Rabu (1/7/2020). (TRIBUNJATIM.COM/FIKRI FIRMANSYAH)

A (37), tukang sapu jalan di area Taman Apsari juga mengatakan hal yang sama.

A mengatakan, jam kerjanya tetap sama meski gaji dipotong.

"Jam kerja sama, sebulan kita cuma dikasih jatah libur dua hari. Tanggal merah juga tetap masuk," ungkap A.

Meskipun begitu, kini dirinya bisa mendapatkan uang Tunjangan Hari Raya (THR).

"Kalau dulu misalnya UMR (Surabaya) naik, gaji kita juga ikut naik," jelasnya.

FH (40), petugas kebersihan di area Kebun Binatang Surabaya mengatakan, pernah ada penurunan gaji yang tidak diketahui alasannya.

"Kita orang bawah enggak tahu, pokoknya kita kerja, alasan turunnya ya enggak dikasih tahu," ucap FH.

Saat dimintai klarifikasi soal pemotongan gaji tersebut, Kepala DLH Kota Surabaya, Dedik Irianto, membantah gaji petugas kebersihan dipangkas.

"Enggak, enggak mungkin kita memotong gaji petugas kebersihan. Ya kita juga enggak tega," kata Dedik melalui sambungan telepon kepada Kompas.com.

Baca juga: Honorer Minta PT Timah Pecat Wenny Myzon, Tak Terima Pengguna BPJS Dihina: Jangan Kebanyakan Nyinyir

Kasus lain, petugas kebersihan minta Rp500 ribu untuk angkut sampah di pemukiman warga menghebohkan media sosial.

Warga pun heran sebab biasanya ongkos hanya Rp50 ribu, bahkan ketika ditawar, petugas kebersihan tidak bisa menerima.

Video yang merekam peristiwa tersebut beredar luas di media sosial Facebook.

Dalam video viral yang diposting akun Insan K*** di salah satu grup Facebook, terdengar suara ibu-ibu diduga perekam video berkomunikasi dengan petugas kebersihan.

Dalam postingannya, akun Insan K*** juga menuliskan caption tentang kejadian tersebut.

"Saya pengen tahu dari teman-teman Baraya Sukabumi.. Sampah dikami karena baru ada acara jadi agak menumpuk..biasa nya diangkut tiap hari Selasa ini, karena banyak kami diharuskan bayar 500 RB, biasa nya kami bayar per Selasa 50 RB, tapi karena sekarang banyak jadi harus 500 rb, ketika kami tawar 300 RB juga para petugas sampah bilangnya tidak bisa," tulis akun Insan K*** dalam postingannya dilihat Tribun Jabar, Rabu (29/1/2025).

"Apakah Baraya pernah mengalami seperti ini..? Bukan tidak bisa membayar, tapi kalau dibiasakan nanti kasihan tetangga yang lain .. Mungkin ada yang bilang , sodakoh saja kok hitung-hitungan ...nggak juga sih..tadi juga saya mau bayar, cuma kata tetangga2 jangan segitu... nanti kalau kami hajat , bayar nya segitu juga.... @dinas kebersihan Pemda Sukabumi mohon penjelasannya," tutup tulisan Insan K*** dalam postingannya.

Dalam video viral berdurasi 1 menit 15 detik, terdengar suara ibu-ibu diduga perekam video bernegosiasi dengan petugas pengangkut sampah.

"Eta we kana mobil nu sanes we mang nya pang etakeun, pang nyanakeun, sabaraha sabaharaeun namah gampang meren. (Itu aja ke mobil yang lain mas tolong bantu tanyain, berapa berapanya gampang)," ucap ibu-ibu dalam video viral.

Petugas kebersihan pun dalam video terdengar meminta bayaran Rp500 ribu untuk mengangkut sampah seperti diminta ibu-ibu.

"Teu araya mobil na, mun gope mah daek cenah (pada enggak ada mobilnya, kalau Rp500 ribu mau katanya)," ucap petugas kebersihan berseragam dengan logo Pemda.

"Gope mah geude teuing (Rp500 ribu terlalu besar)," jawab ibu-ibu.

"Paling 500, kanggo solar, nu damel meren, paling 500 (paling Rp500 ribu, buat solar, buat yang kerja, paling Rp500 ribu)," timpal petugas kebersihan.

"Tong 500 teuing atuh, 300 we atuh 300," ucap ibu-ibu kembali menawar.

"Duka, ka sopir we nyariosna (Enggak tahu, ke sopir aja bilangnya)," jawab petugas kebersihan.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunungsantri di Cirebon (Tribun Jabar/Eki Yulianto)

Penelusuran Tribun Jabar, hal itu terjadi di wilayah Kecamatan Cicantayan.

Saat dikonfirmasi, Kepala DLH Kabupaten Sukabumi, Prasetyo mengatakan, sampah yang diminta diangkut oleh ibu-ibu itu merupakan sampah bekas acara Isra Miraj.

Menurutnya, saat itu pelayanan pengangkutan sampah di jalur tersebut sudah penuh.

Sehingga warga meminta sampah diangkut dengan sistem borongan.

"Itu sampah info bekas acara rajaban (Isra Miraj) atau haol, kebetulan di jalur pelayanan tersebut sampah sudah penuh. Jadi warga meminta diangkut/borongan. Jadi supir dengan kru harus ektra perjalanan dua rit," katanya.

Ia mengatakan, perjalanan Cisaat ke Tempat Pembuangan Akhir, pulang-pergi 64 kilometer.

Perjalanan ini membutuhkan solar 40 liter, yakni Rp272.000.

Kemudian dibutuhkan Rp228.000 untuk biaya lima pekerja.

"Untuk 5 orang, masing-masing Rp45.500, kondisi lelah dan cuaca hujan. Jadi yang posting maunya apa," kata Prasetyo dalam keterangannya.

Prasetyo menjelaskan, biaya pelayanan sampah memang seharusnya dibayar oleh dinas.

Namun, sampah yang ingin diangkut dalam video viral itu bukan sampah rumah tangga, sehingga petugas di lapangan harus lembur dan tidak mendapatkan upah dari dinas.

"Seharusnya dinas membiayai pelayanan sampah, dikarenakan untuk BBM terbatas dan tidak ada jatah lembur."

"Alangkah baiknya si pemilik sampah membuang sampahnya sendiri ke TPA karena sampahnya juga tidak biasa (bukan sampah rumah tangga biasa) yang skalanya keluarga," tegasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkini