Talkshow HUT ke 8 Tribun Jatim

Tren Pariwisata Alami Pergeseran, ASIDEWI Dorong Rebranding Desa Wisata Berkonsep Ketahanan Pangan 

Penulis: Nur Ika Anisa
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TREN PARIWISATA - Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI), Andi Yuwono hadiri Talkshow HUT ke-8 TribunJatim.com dengan tema Gebrakan Sang Pemimpin yang digelar di Dyandra Convention Center Surabaya, Rabu (12/3/2025). Dia menyebut, saat ini sektor pariwisata mengalami pergeseran tren terkait kebiasaan dan preferensi perjalanan.

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI), Andi Yuwono menyebut, saat ini sektor pariwisata mengalami pergeseran tren terkait kebiasaan dan preferensi perjalanan.

Dari wisata plesiran ke wisata alternatif, termasuk wisata pedesaan.

Pergeseran ini membuka peluang pada pengelolaan potensi desa.

“Pariwisata hari ini mengalami tren, dulu identik piknik melakukan perjalanan, tapi karena hari ini ‘kantong’ tidak ada, jadi kami menarik bahwa desa sebagai basis produksi harus bisa memutar roda ekonominya,” ujar Andi Yuwono saat menghadiri Talkshow “Gebrakan Sang Pemimpin: Memajukan UKM dan Pariwisata Jatim” yang digelar oleh TribunJatim.com, di Dyandra Convention Center Surabaya, Rabu (12/3/2025).

Andi Yuwono mengenalkan gebrakan terbaru dari ASIDEWI, yakni pengelolaan wisata berbasis masyarakat desa.

Model pengembangan pariwisata, Community Based Tourism (CBT) untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, wisatawan dan lingkungan.

“Dari sektor ekonomi real produksi di lapangan berjalan, yakni ketahanan atau kedaulatan pangan di desa,” ujarnya.

Baca juga: Pariwisata Jadi Pendongkrak Ekonomi Jatim, Wagub Bangga Pamerkan Data Wisatawan Bertambah Tiap Tahun

Ia mencontohkan, komoditas tanaman pangan padi yang dikembangkan secara intensif mampu menghasilkan 12 ton untuk satu hektare dibanding tren pertanian konvensional yang dalam satu hektare menghasilkan lima hingga enam ton.

Dalam sektor peternakan yakni limbah pertanian dapat dimanfaatkan, diolah, dikemas menjadi pakan ternak yang memiliki gizi tinggi.

Termasuk ketersediaan pangan berupa protein hewani yaitu daging, telur dan sebagainya.

“Kalau desa bisa mandiri secara kedaulatan pangan, maka masyarakatnya sejahtera sebagaimana tujuan pariwisata. Ketika itu ada dan bisa maksimal di desa, otomatis desa bisa menjadi contoh tujuan studi banding dan destinasi wisata,” ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, berdasarkan amanat Undang-undang Pemanfaatan Dana Desa sebanyak 20 persen untuk ketahanan pangan, sehingga penerapan konsep pariwisata tersebut dapat mendukung pengembangan desa sebagai destinasi wisata alternatif.

Sehingga melalui forum tersebut, pihaknya mendorong keseriusan rebranding desa wisata di Jawa Timur.

Mengingat Jawa Timur memiliki jumlah desa wisata terbanyak se-Indonesia, yakni 608 desa wisata.

“Kalau melihat fenomena seperti ini, dengan pengelolaan yang sama seperti tahun kemarin mungkin kita akan kecele karena trennya berbeda,” ujarnya.

Sehingga dengan mengusung desa wisata yang berkonsep ketahanan pangan disebut dapat menjawab tantangan yang terjadi di tengah efisiensi.

“Kami ASIDEWI siap berkolaborasi dengan tataran pemangku kebijakan, bupati, wali kota, gubernur termasuk dua kementerian, mari reorientasi atau rebranding desa wisata yang real dalam menjawab tantangan zaman ya desa wisata yang harus punya konsep ketahanan pangan,” ungkapnya.

Berita Terkini