TRIBUNJATIM.COM - Marhamah bahagia kini akhirnya bisa merasakan menginjak kaki di Tanah Suci.
Setiap hari Marhamah selalu bekerja keras dan menabung.
Marhamah membuat genteng dan menjadi petani hingga akhirnya bisa membuatnya pergi ke Tanah Suci.
Nenek Marhamah (104), jemaah calon haji (JCH) tertua di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, bersiap menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah tahun ini.
Saat ditemui di kediamannya di Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Marhamah tampak tengah melipat pakaian ihram, mukena, dan perlengkapan lainnya yang akan ia bawa untuk menunaikan rukun Islam kelima.
Meski usianya telah sepuh dan penglihatannya mulai menurun, Marhamah tetap berusaha mandiri dan tak ingin merepotkan orang lain.
Gerak tangannya yang cekatan saat menyiapkan perlengkapan ibadah menunjukkan semangatnya yang tetap kuat, meskipun garis keriput di wajahnya menandakan usia yang tak lagi muda.
Perempuan kelahiran 1921 itu sempat menunjukkan KTP elektronik miliknya kepada Kompas.com. KTP tersebut diterbitkan pada 30 Oktober 2018 dan berlaku seumur hidup.
"Ibu mendaftar haji tahun 2019 lalu. Saat itu, sesuai daftar tunggu haji yang ada, dia dijadwalkan akan berangkat pada tahun 2045 mendatang. Tapi alhamdulillah bisa berangkat tahun ini," ujar Ayamah, anak kandung Marhamah, Kamis (1/4/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Kamis.
Menurut Ayamah, ibunya tetap aktif dalam kegiatan sehari-hari, termasuk bekerja di sawah.
Baca juga: Pencari Kerja Kesal Sudah Bayar Rp600 Ribu, Kena Tipu Lowongan Bodong Perusahaan Outsourcing
"Kan orang petani, Pak. Biasa ke sawah, setiap hari, bolak-balik ke sawah," jelasnya.
Biaya haji Marhamah dilunasi dari hasil kerja kerasnya sendiri, yakni membuat genteng dan bertani. Hasil pertaniannya meliputi tembakau, kacang, singkong, dan tanaman lain, yang dibantu oleh anggota keluarga.
"Hasil usaha membuat genteng, ada hasil bertani juga seperti menanam tembakau, kacang, singkong, dan lain-lain," tambah Ayamah.
Untuk menjaga kesehatan, Marhamah tidak memiliki resep khusus.
Baca juga: Sosok Sadarestuwati yang Bayar Tagihan Listrik Masruroh Rp12,7 Juta: Saya Lunasi
Ia hanya menjaga pola makan, rutin mengonsumsi sayur-sayuran, jamu tradisional, dan menjalani amalan yang diajarkan oleh para kiai.
Ayamah menyatakan akan mendampingi ibunya selama menjalankan ibadah haji. Ia sendiri telah mendaftar haji sejak tahun 2013.
"Iya, nanti saya mendampingi ibu menunaikan ibadah haji. Dia masuk JCH kategori pendampingan, saya sendiri sudah mendaftar haji tahun 2013 lalu," tutup Ayamah.
Baca juga: Kakek Bacok Jemaah Salat Subuh di Bojonegoro, Diduga Dendam Perkara Tanah, 1 Orang Meninggal Dunia
Senyuman bahagia terpancar dari wajah Mbah Sanusi yang akan berangkat Naik Haji tahun 2025 ini.
Mbah Sanusi ternyata memiliki perjuangan sangat panjang hingga akhirnya bisa melangsungkan perjalanan agamanya itu.
Mbah Sanusi menabung sejak era pemerintahan Soekarno.
Kini Mbah Sanusi dan istrinya akhirnya bisa berangkat ibadah haji tahun 2025 ini.
Pria kelahiran 3 Februari 1925 itu menabung selama 70 tahun.
Ia menabung sejak tahun 1955, atau sejak era pemerintahan Presiden Soekarno.
Selama 70 tahun, Sanusi akhirnya berangkat ke Tanah Suci.
Sanusi jadi jemaah calon haji tertua.
Umurnya sudah 100 tahun.
Sanusi akan menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali setelah penantian panjang selama 70 tahun.
Baca juga: Kisah Kastijah Naik Haji di Usia 82 Tahun, Hasil Nabung Rp25.000 dari Jualan Ponggol selama 5 Dekade
Raut kegembiraan pun tak dapat disembunyikan dari wajah Sanusi.
Perjuangan Sanusi untuk menggapai mimpinya tersebut begitu panjang dan tak mudah.
Dengan penuh kesabaran, ia menyisihkan uang hasil penjualan taninya selama 70 tahun, tepatnya sejak tahun 1955.
Pundi-pundi rupiah yang dihasilkan dari keringatnya di kebun kini akan membawa kedua kakinya menginjak Tanah Suci yang menjadi impian bagi umat Islam.
Usaha yang dilakukan oleh petani asal Kampung Babakansadeng, Desa Wangunjaya, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, kini berbuah manis.
Di tahun 2019, Sanusi mendaftarkan diri untuk menjadi calon jemaah haji bersama istri yang begitu dicintainya.
Bak gayung bersambut, lima tahun kemudian, Sanusi mendapat pemberitahuan untuk segera melunasi biaya hajinya.
Hal itu menjadi pertanda keberangkatan sudah berada di depan mata.
Waktu tunggu Sanusi sejak awal mendaftar hingga pemberitahuan pelunasan memang terbilang singkat dibandingkan dengan kebanyakan orang yang umumnya melalui jalur haji reguler.
Hal itu terjadi dikarenakan Sanusi masuk dalam prioritas kategori lanjut usia (lansia).
Baca juga: Pantas Mantan Sopir Nekat Curi Harta Majikan Senilai Rp200 Juta, Paham Situasi, Ngaku Terlilit Utang
Ya, Sanusi pada tahun 2025 ini genap berusia 100 tahun.
Sanusi yang lahir pada 3 Februari 1925 ini menjadi calon jemaah haji tertua di Kabupaten Bogor yang akan berangkat pada pertengahan Mei 2025.
Ayah dari delapan orang anak ini mengaku senang karena tak lama lagi akan bertamu ke Baitullah dan melihat Ka'bah.
Sanusi pun kaget saat dirinya dinyatakan berangkat haji di tahun ini.
"Jadi waktu itu memang saya dikata kaget ya kaget, alhamdulillah sudah ada panggilan."
"Tadinya berdua sama istri saya sakit jadi enggak bisa. Alhamdulillah, ridho, ikhlas, udah niat," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, seperti dikutip TribunJatim.com, Rabu (30/4/2025).
Baca juga: Gagal Naik Haji, Pria Madura Jalan Kaki ke Mekkah Balik Kampung karena Kaki Bengkak, Aksinya Dicibir
Sanusi merupakan sosok petani yang sederhana, ramah, dan juga humoris.
Ucapan dan tingkah lakunya terkadang mengundang gelak tawa bagi orang-orang yang di sekitarnya.
Meskipun usianya tak lagi muda, pria berambut putih ini memiliki tenaga yang terbilang prima.
Ia masih sanggup untuk melakukan berbagai aktivitas pertanian seorang diri setiap harinya dari pagi hingga sore.
Sanusi juga mampu menggunakan cangkul dan arit yang menjadi temannya sehari-hari saat beraktivitas di ladang.
Rutinitas ini pula yang menjadikan kondisi fisiknya tetap bugar hingga saat ini.
"Setiap pagi ke kebun, sore ngored (ngarit), nyangkul," katanya.
Ladang-ladang yang berada tak jauh dari rumahnya tersebut dihasilkan oleh jerih payahnya sendiri.
Ia membeli petakan demi petakan ladang yang dicicil satu per satu, hingga akhirnya jika diakumulasikan mencapai kurang lebih 1 hektar.
Kini ladang-ladangnya tersebut ditanami oleh berbagai tanaman seperti singkong, pisang, dan lainnya.
Kehidupan Sanusi bisa dibilang jauh dari kemewahan, ia hanyalah petani yang setiap harinya berada di kebun.
Tempat tingalnya pun terbuat dari material kayu dan bambu dengan model rumah panggung pada zaman dahulu.
Karena keramahannya, rumah bilik panggung yang ditinggali bersama istrinya tersebut terbuka untuk siapapun yang berkunjung.
Ia mengatakan, teras 'istananya' menjadi tempat favorit bagi siapapun yang ingin mampir, karena memiliki udara yang segar dan jauh dari kebisingan.
"Orang-orang kalau lewat terus berenti pada betah di sini, katanya adem," ungkap Sanusi saat berbincang santai.
Sementara itu, ia pun berharap perlajanan hajinya diberikan kelancaran, kesehatan, serta keselamatan agar pulang ke Indonesia menjadi haji mabrur.
"Mohon doanya," pungkasnya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com