Warga Desa Nalbessy yang mendengar pengumuman tersebut, segera berbondong-bondong menuju Pulau Talang membawa bantuan.
Tak lama kemudian, personel Polsek Leksula bersama tim medis dari Puskesmas juga bergerak melalui jalur laut untuk mengevakuasi keluarga tersebut.
"Kondisi seluruh korban dalam keadaan selamat dan sehat. Perahu mereka masih berada di lokasi," jelas Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Aries Aminullah, melansir Tribun Jateng.
Lebih lanjut, Kombes Aries Aminullah mengungkap kronologi kejadian.
Perahu ketinting yang ditumpangi satu keluarga ini awalnya bertolak dari pelabuhan speedboat Labuang Namrole, Buru Selatan, hendak menuju Desa Bala-Bala pada Minggu (18/5/2025), pukul 14.00 WIT.
"Dalam perjalanan, perahu ketinting tersebut juga mengangkut sebuah sepeda motor dan barang lainnya," kata Aries kepada wartawan, Senin (19/5/2025).
Menurut Aries, cuaca buruk dan gelombang tinggi mulai menerpa saat perahu ketinting memasuki perairan laut Pulau Talang yang berada di antara perairan Desa Nalbesy dan Desa Leksula pada sore hari.
Saat itu, perahu ketinting yang dinakhodai Madinuru itu diterpa cuaca buruk dan dihantam gelombang tinggi dari berbagai arah.
"Hingga air laut masuk ke dalam perahu," ujarnya, melansir Kompas.com,
Aries mengatakan, dalam kondisi berbahaya tersebut, Madinuru terus berusaha mengendalikan perahu yang dikemudikannya.
Namun, nahas, sebelum mencapai pesisir pantai Pulau Talang, mesin perahu tiba-tiba mati.
"Sekitar 20 meter dari pesisir pantai, mesin mati dan akhirnya perahu terdampar dihantam gelombang. Para penumpang semua melompat dari perahu kemudian berteduh di Pulau Talang," katanya.
Aries mengatakan, pada pukul 03.00 WIT dini hari, Madinuru berusaha menghubungi keluarganya untuk memberitahukan kejadian tersebut.
"Korban menghubungi Ahmad Sanimu, keluarganya di Namrole. Ahmad kemudian menghubungi adiknya Alin di Desa Nalbessy."
"Dan pada pukul 05.30 WIT, staf Masjid Desa Nalbessy melalui pengeras suara meminta bantuan kepada masyarakat desa," ucapnya.