Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Misbahul Munir
TRIBUNJATIM.COM, BOJONEGORO – Puluhan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) “Harapan Bunda” di Desa Sukowati, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, terpaksa mengungsi ke Balai Desa setempat.
Penyebabnya bukan bencana alam, melainkan bau menyengat yang berasal dari cerobong pabrik pengolahan tembakau PT Sata Tec Indonesia (STI) yang berdiri hanya sekitar 50 meter dari sekolah mereka.
Anak-anak yang biasanya belajar dan bermain dengan ceria, kini harus menjalani kegiatan belajar mengajar di Balai Desa Sukowat yang disulap menjadi ruangan darurat kelas sementara.
Hal ini terpaksa dilakukan sebab para siswa mengeluh pusing, mual, dan tidak tahan dengan bau tajam yang keluar dari pabrik.
“Kasihan anak-anak, belajarnya tidak nyaman. Harus pindah-pindah terus. Baunya itu lho, bikin pusing,” tutur Lisa, salah satu wali murid, selasa (3/5/2025).
Dilain sisi guru PAUD Harapan Bunda, Dika Martania, mengungkapkan bahwa atas kondisi ini pihak sekolah tidak tinggal diam.
Penuturan Marta, pihak sekolah telah beberapa kali menyampaikan keluhan kepada pihak manajemen PT STI. Bahkan, sebelumnya telah disepakati bahwa pabrik tidak akan beroperasi saat jam belajar berlangsung.
Baca juga: Rombongan DPRD Bojonegoro Mual Cium Bau Menyengat saat Sidak ke Pabrik Tembakau Dekat SDN Sukowati
Namun, menurut Marta, janji tersebut tidak ditepati. Pabrik tetap beroperasi dan menimbulkan bau menyengat saat proses belajar mengajar berlangsung.
“Anak-anak sudah beberapa kali mengeluh, dan kami tidak bisa memaksakan mereka tetap belajar di bawah kondisi seperti itu,” terangnya.
Kondisi memprihatinkan ini mendapat perhatian dari Kepala Desa Sukowati, Amik Rohadi. Ia mempersilakan balai desa digunakan sebagai lokasi darurat proses belajar-mengajar, tanpa batas waktu.
“Ini sifatnya darurat. Kami kasihan melihat anak-anak. Jadi kami izinkan balai desa dipakai, agar kegiatan belajar tetap bisa berjalan,” ujar Amik.
Kabar terganggunya aktivitas belajar para siswa dan masyarakat ini pun langsung direspon oleh DPRD Bojonegoro.
Wakil Ketua III DPRD, Mitroatin, bersama Ketua Komisi A, Lasmiran, beserta rombongan komisinya pun langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi sekolah dan kemudian ke pabrik PT STI, pada senin (2/6/2025) kemarin.
Baca juga: Respon Kacabdin Bojonegoro-Tuban Terkait Dugaan Pungli di SMK Negeri di Tuban : Silakan Tanya Komite
Dalam kunjungan tersebut, rombongan legislator itu memastikan langsung kondisi udara yang dikeluhkan para siswa dan warga disekitar lokasi.
Mitroatin mengaku prihatin dengan kondisi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik tersebut.
“Memang benar, bau yang timbul sangat menyengat. Kami sangat kecewa karena niat kami untuk mencari solusi justru disambut dengan sikap kurang bersahabat,” ungkap Mitroatin.
Dalam sidaknya para legislator menemukan adanya perizinan yang harus dilakukan peninjauan kembali alias revisi mengingat dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pabrik.
Politisi Partai Golkar ini menegaskan, jika PT STI belum mengantongi izin operasional secara lengkap, maka seharusnya perusahaan menghentikan seluruh aktivitas produksinya.
Mitroatin juga menekankan bahwa Pemkab Bojonegoro mendukung adanya investasi di daerahnya. Namun, dengan catatan tidak boleh mengabaikan dampak lingkungan, terlebih mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
“Besok, kami akan memanggil semua pihak terkait untuk membahas tuntas permasalahan ini. Kami tidak anti-investasi, tapi keselamatan dan kenyamanan masyarakat, khususnya anak-anak, harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Sementara itu, belum ada keterangan resmi yang disampaikan oleh PT Sata Tec Indonesia. Sejumlah awak media yang mencoba mengonfirmasi, direspon dengan dingin. Perwakilan manajemen PT STI, Nur Hidayat, memilih bungkam dan enggan memberikan komentar banyak.
“Mohon maaf, Mas, saya no komen,” singkatnya.