"Kepala sekolah dan guru sekarang cuma jadi pelimpahan masalah, mereka juga bingung," ucap Eful.
Beberapa waktu lalu, Eful dan orang tua murid lain telah melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan Kabupaten Pangandaran dan Koordinator Wilayah (Korwil) Cimerak, namun belum ada tindak lanjut signifikan.
"Kami harap Dinas Pendidikan bisa turun tangan serius. Jangan sampai masalah ini dibiarkan berlarut-larut. Ini menyangkut hak anak-anak kami," ujarnya.
Baca juga: Pengamen Tunanetra Ngamuk usai Dibanting saat Dirazia, Wali Kota Minta Kerja Jadi Tukang Pijat
Sementara itu, Kepala SDN 1 Mekarsari, Ade Haeruman, membenarkan adanya uang tabungan murid yang mandek di sekolah karena dipakai seorang guru yang kini sudah pensiun.
"Nilainya Rp343.900.000. Artos (uang) tabungannya dipakai guru di sekolah. Tapi, gurunya sudah pensiun," katanya.
Sementara uang tabungan yang harus dikembalikan pada angkatan tahun 2024 yaitu sebesar Rp185 juta dan angkatan sekarang Rp54 juta.
Ia mengklaim, pihak sekolah pun sudah melakukan upaya mediasi dengan guru yang bersangkutan.
Guru itu pun mengaku bersedia menjual asetnya untuk mengganti uang tabungan yang dipakai.
"Beliau bersedia menjual asetnya. Jadi, (orang tua murid) nunggu asetnya terjual," ucap Ade.
Kasus lainnya, ratusan pelajar kelas X dan XI SMAN 9 Tambun Selatan geram dengan aksi pungutan liar (pungli) yang diduga dilakukan oleh pihak sekolah.
Dugaan pungli tersebut berkedok sumbangan pembangunan gedung sekolah.
Namun, kenyataannya uang hasil pungli yang diminta pihak sekolah ke orang tua siswa-siswi sama sekali tidak dipergunakan.
Mereka lantas meluapkan kekecewaan dengan menggelar aksi damai di halaman sekolah mereka pada Selasa (3/6/2025).
"Katanya untuk gedung. Tapi sampai sekarang masih gini-gini aja," kata seorang pelajar kelas XI berinisial RP di lokasi, Selasa, seperti dilansir dari Kompas.com.
"Orang tua saya sudah bayar setiap tahun Rp500.000," imbuhnya.
Baca tanpa iklan
