Lalu.. Alah mbak podo ae kok lungguh ndi ae," tulis korban.
Setelah mendengar jawaban tersebut, korban menjelaskan bahwa ia sengaja memesan kursi nomor 13A yang berada di samping jendela.
Alasannya, korban baru saja menjalani biopsi dan jahitannya belum kering.
Namun penumpang di kursi 14 justru menimpali penjelasan korban dengan memintanya naik mobil saja daripada naik kereta.
Kemudian korban memilih mencari ruang di bagasi untuk menyimpan koper.
Tetapi sudah tidak ada ruang yang cukup di tempat penyimpanan.
Korban kemudian meminta izin kepada penumpang di kursi nomor 14 untuk menggeser tas supaya koper bisa disimpan di bagasi, tapi tidak mendapat respons.
Tanpa diduga, muncul seorang laki-laki berbaju hijau yang merupakan anggota keluarga dari penumpang kursi nomor 14.
Ia tiba-tiba muncul dan memarahi korban karena tidak terima tasnya digeser di bagasi.
Pria tersebut bahkan mengeluarkan kata-kata tidak pantas kepada korban.
Setelah itu, korban dan pria baju hijau berdebat karena masalah tempat duduk.
Menurut pria tersebut, ia memesan enam tiket walaupun jumlah keluarganya hanya empat orang.
Namun salah satu kursi yang seharusnya diduduki oleh korban, malah dipakai oleh anggota keluarga pria berbaju hijau.
Pria tersebut kemudian mengajak korban berduel di luar kereta dan malah menyalahkan korban.
Korban dalam kondisi terintimidasi akhirnya meminta tolong kepada kondektur.
Korban tak tahan karena dimaki secara terus-menerus oleh anggota keluarga pelaku yang duduk tidak sesuai nomor kursi.
Pelaku juga mengancam akan melaporkan korban ke polisi dan mengaku memiliki bekingan aparat.
"Si bpk ngoceh keluar jalur dg blg saya ‘G*****, GAPUNYA AKHLAK, A**, dsb’.
Sampe blg mau dibawa ke polisi segala krn backingan beliau polisi2 banyak.
Saya yg kian merasa terintimidasi krn sudah dibentak, dimaki2, jd tontonan banyak org jg," tulis pengunggah.
Setelah kondektur datang dan melakukan pemeriksaan, pria berbaju hijau ternyata hanya memesan empat tiket dan tidak berhak duduk di kursi nomor 13A, B, dan C.
Pria tersebut dan anggota keluarganya yang duduk di kursi nomor 14, seharusnya tidak menempati tempat duduk milik korban.
Ternyata pelaku juga sempat meminta penumpang lain bertukar kursi yang tidak sesuai nomor sebelum memaki korban.
"Si bpk yg klaim beli 6 tiket ternyata cuma beli 4 tiket, itu pun beliau tdk ada hak duduk di kursi nomor 13 baik A, B, ataupun C.
Beliau & anak laki2nya harusnya duduk di balik kursi si ibu & nenek yaitu 15 B & C," tulis korban.
"Ternyata sblm ada insiden saya td, si bpk MEMAKSA 2 org mbak2 utk tukar kursi sama beliau.
Akhirnya kondektur pun menegur si bpk ‘Tolong lain kali klo duduk sesuai nomor tiket ya pak. Sekali lg jgn memaksa org lain utk pindah! Mengerti? Habis ini 2 mbak2 ini turun, bpk bisa lgsgp pindah ke tempat duduk asal'.
Bpknya cuma iya2 aja. Selepas kondektur pergi, beliau ttp ngomel2 sumpah serapah yg ditujukan ke saya," tambahnya.
Baca juga: Aksi Polisi Tipu Pedagang Helm Rp380 Ribu Terekam CCTV, Lama Lihat Handphone saat Pembayaran
Menanggapi kejadian tersebut, Manajer Humas Daop 7 Madiun, Rokhmad Makin Zainul menyampaikan permohonan maaf.
Rokhmad mengatakan bahwa kejadian ini menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pihak yang terlibat maupun penumpang lain dalam perjalanan tersebut.
Saat ini, KAI Daop 7 tengah berkoordinasi dengan jajaran petugas di lapangan untuk menelusuri kejadian secara lebih detail.
"Kami sangat menyayangkan adanya tindakan yang kurang menghormati hak penumpang lain serta penggunaan bahasa yang tidak pantas selama perjalanan," ujar Zainul, Sabtu (12/4/2025), dikutip dari Kompas.com.
"Setiap pelanggan berhak atas tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiketnya."
"Kami mengimbau seluruh penumpang untuk mematuhi aturan tersebut guna menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama," tambahnya.
Zairul juga menyampaikan bahwa petugas KAI bisa memberikan teguran dan/atau memindahkan pelaku yang tidak duduk sesuai dengan tiket.
Selain itu, pelaku juga bisa diturunkan di stasiun terdekat apabila terbukti melakukan pelanggaran berat atau mengganggu ketertiban.
Zainul menambahkan, KAI juga mendorong seluruh pelanggan untuk melaporkan segala bentuk kendala, termasuk jika merasa diintimidasi atau kursinya ditempati penumpang lain.
Laporan dapat disampaikan kepada kondektur atau petugas yang bertugas. Kanal pengaduan juga tersedia melalui aplikasi Access By KAI.
Penumpang yang membutuhkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Customer Service KAI di 121 atau melalui email cs@kai.id.
"Kami mengapresiasi pelanggan yang telah bersikap tenang dan tidak konfrontatif dalam menghadapi situasi tersebut."
"Hal ini menjadi perhatian penting bagi kami dalam peningkatan pengawasan serta kualitas pelayanan ke depan," imbuh Zainul.
"PT KAI berkomitmen untuk terus meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam setiap perjalanan kereta api serta memastikan seluruh penumpang mendapat pelayanan yang setara dan adil," tambahnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com