Ratih pun awalnya mengira bahwa hal itu adalah efek bius.
Saat tubuhnya belum kembali ke kondisi sempurna, Ratih tetap memaksakan pulang ke rumah.
Setelah itu, tubuhnya justru semakin sulit digerakkan.
Beberapa bulan berikutnya, ia kembali mendatangi rumah sakit tersebut untuk mengecek kondisi kesehatannya.
Kala itu, sang dokter mendiagnosis Ratih mengalami tuberkulosis tulang dan diharuskan menjalani operasi pemasangan pen.
Ratih akhirnya menuruti saran dokter, operasi pemasangan pen pun dilakukan.
Setelah operasi pemasangan pen, Ratih kemudian meminum sebuah obat pemberian dokter.
Bukannya membaik, tubuhnya justru semakin lemas setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Akhirnya, Ratih benar-benar lumpuh total pada April 2025 hingga saat ini sampai beratnya badannya menurun drastis.
Baca juga: Hasil Audit BPKP Ungkap Kecurangan 2 Pegawai Bank BUMN Raup Rp3,59 M, Berkomplot Bersama 2 Nasabah
Sementara itu, ibunda Ratih, Erna Aprilia (62) meminta pertolongan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto.
Erna berharap kedua kepala daerah tersebut bisa membantu terutama dalam menyekolahkan cucu-cucunya.
"Pak Dedi, saya sebagai orang tua Ratih mohon sekali minta tolong keadilan, untuk anak dan cucu saya."
"Kita ini orang enggak mampu, tolong minta diperhatikan saja, minta tolong bantuannya," ungkap Erna, Selasa, dikutip dari Kompas.com.
"Kita penginnya yang wajar saja, minta keadilan, terutama anak-anaknya," imbuh dia.
Adapun, anak pertama Ratih bernama Claudra Mutiara (12), tak meneruskan ke jenjang SMP.