TRIBUNJATIM.COM - Seorang pegawai resign setelah lima menit menerima gajinya.
Ia mengaku tidak menyukai pekerjaannya tersebut sehingga memutuskan berhenti setelah perusahaan memberikan upah.
Adapun kisah ini terjadi di India dan viral di media sosial setelah diunggah oleh Khushie Chaurasiya, seorang profesional SDM yang berbasis di Noida, India.
Khushie membagikan kisah pegawainya tersebut melalui platform LinkedIn.
LinkedIn merupakan platform jaringan profesional online terbesar di dunia, yang digunakan untuk membangun jaringan, mencari pekerjaan, dan menampilkan perjalanan karier.
Lebih dari sekadar media sosial biasa, LinkedIn fokus pada interaksi profesional, memungkinkan pengguna terhubung dengan kolega, mencari pekerjaan, dan mengembangkan profil profesional mereka.
Dalam unggahan LinkedIn, Khushie menulis, "Gaji ditransfer jam 10.00, email pengunduran diri jam 10.05."
Unggahan tersebut disukai lebih dari 2.300 akun di LinkedIn dan dikomentari lebih dari 1.000 orang.
Baca juga: Berharap Kejelasan Status, Pegawai Honorer Pemkab Tulungagung Minta segera Diangkat PPPK Paruh Waktu
Alasan Pegawai Resign
Dikutip dari India Express via Kompas.com, Selasa (12/8/2025), Khushie Chaurasiya menyebutkan, pegawai tersebut mengirimkan email resign dengan kalimat yang blak-blakan dalam bahasa India "Mujhe yeh kaam pasand nahi aaya" yang artinya Saya tidak suka pekerjaan ini.
Chaurasiya mencatat meskipun pekerjaan pegawai tersebut di bagian penjualan diakui tidak mudah, namun menurutnya semua aspek pekerjaan telah dikomunikasikan dengan jelas sebelum tawaran tersebut diberikan.
Yang paling mengejutkannya adalah perubahan sikap yang tiba-tiba.
"Apa yang berubah dalam semalam?" tanyanya dalam unggahannya.
Baca juga: Istri Eks Pegawai Paytren Meninggal karena Stres, Uang Pesangon Suami yang Kena PHK Tak Kunjung Cair
HRD Murka Pertanyakan Etika
Dalam postingan tersebut, dia juga mempertanyakan etika di balik kepergian mendadak tersebut.
"Mari kita bicara tentang etika profesional. Perusahaan menyambut Anda, memercayai Anda, dan memberi Anda platform untuk berkembang. Lalu—lima menit setelah gaji pertama Anda masuk ke rekening Anda—Anda pergi begitu saja. Apakah itu adil? Apakah itu etis?" tulisnya.
Ia menambahkan pengunduran diri di menit-menit terakhir sering kali menunjukkan “kurangnya niat, kedewasaan, dan akuntabilitas,” dan menekankan pentingnya komunikasi terbuka.
"Jika ada yang terasa tidak benar: Anda bisa bicara. Anda bisa meminta kejelasan atau bantuan. Anda bisa pergi dengan sadar, bukan dengan cara yang mudah," tambahnya.
Ia melanjutkan menurutnya tidak ada pekerjaan yang tanpa tantangan, dan pertumbuhan profesional sejati membutuhkan lebih dari sekadar menerima gaji.
"Tidak ada pekerjaan yang 'mudah'. Setiap peran membutuhkan komitmen, kesabaran, dan usaha. Pertumbuhan tidak datang dengan gaji pertama Anda — melainkan dengan ketekunan," tulisnya.
Sebagai penutup, ia mendesak para profesional untuk bertanggung jawab atas keputusan karier mereka.
"Jadi, sebelum menyalahkan 'budaya' atau 'ketidaksesuaian peran,' berhentilah sejenak. Renungkan. Berkomunikasilah. Karena pada akhirnya, profesionalisme Anda tidak ditentukan oleh jabatan Anda — tetapi oleh tindakan Anda," demikian isi postingan tersebut.
Baca juga: Gadis Putus Sekolah Geser Taylor Swift Sebagai Wanita Terkaya di Dunia, Tetap Digaji Meski Resign
Postingan Diserbu Warganet
Postingan tersebut langsung menarik perhatian, dan banyak pengguna LinkedIn membagikan pendapat mereka.
"Orang itu tidak salah. Tapi sebagai HR, Anda seharusnya tidak mengunggah hal-hal seperti itu di media sosial. Itu jelas menunjukkan ketidakdewasaan Anda," tulis seorang pengguna.
Pengguna lain berpihak pada karyawan tersebut, dengan mengatakan, "Etika? Mari kita perjelas: gaji dibayarkan untuk pekerjaan yang sudah dilakukan – bukan untuk amal, bukan di muka. Jika seseorang mengundurkan diri setelah menerima gaji, itu berarti mereka telah memenuhi kewajibannya untuk bulan itu. Dan jangan lupa: biasanya masih ada masa pemberitahuan yang harus dijalani. Jadi, perusahaan tidak ditipu atau dirugikan. Jika perusahaan menginginkan loyalitas seumur hidup, mungkin mereka seharusnya menerbitkan surat nikah, bukan surat penawaran."
"Ini berlaku dua arah, tapi tidak seimbang. Ketika seorang karyawan melakukan hal ini kepada sebuah perusahaan, perusahaan tersebut biasanya tidak langsung bangkrut. Namun, ketika sebuah perusahaan melakukan hal ini kepada seorang karyawan, seringkali seluruh keluarga mereka dibawa ke jalanan. Jadi, tolong pikirkan hal ini dari perspektif yang lebih luas," komentar pengguna ketiga.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com