“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ungkap Lanniari.
Baca juga: Siswi SMK Dikeluarkan dari Sekolah karena Acungkan Jari Tengah ke Guru, Orangtua Menangis
Kabar dari KBRI: Dirawat, Lalu Meninggal
Pada 7 Agustus 2025, Lanniari mendapat kabar dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bahwa Nazwa sedang sakit dan dirawat intensif di State Hospital, Provinsi Siem Reap, Kamboja.
Namun, Lanniari mengaku dilarang KBRI untuk berangkat ke Kamboja.
"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," kata Lanniari.
Pada 12 Agustus, keluarga kemudian mendapatkan kabar Nazwa meninggal dunia.
“Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ucap Lanniari dengan suara bergetar.
Baca juga: Tragedi Jalan Sehat, Siswi SD Tertimpa Dahan Pohon saat Menunggu Undian
Terkendala Biaya Pemulangan Jenazah
Hingga kini, jasad Nazwa masih berada di State Hospital, Kamboja.
Lanniari mengaku pasrah karena biaya pemulangan jenazah anaknya mencapai 8.500 Dollar Amerika atau sekitar Rp 138 juta.
"Saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ujarnya lirih.
Sambil menahan air mata, Lanniari berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat turun tangan membantu kepulangan putrinya ke tanah air.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com