Menurut Jefri, peringatan Hari Konservasi Alam Nasional harus dimaknai sebagai momentum untuk mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem darat maupun perairan. “Apa yang dilakukan di Sungai Jagir ini adalah wujud nyata. Edukasi pelajar, penebaran ikan, pengolahan sampah, hingga bersih-bersih bantaran sungai menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga kelestarian alam,” tambahnya.
Bagi SIER, lanjutnya, keterlibatan dalam aksi ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial dan strategi keberlanjutan perusahaan.
“Kami ingin Sungai Jagir tidak hanya bersih hari ini, tetapi juga tetap terjaga untuk anak cucu kita,” tutupnya.
Presiden Tunas Hijau Indonesia, Mochamad Zamroni, menegaskan pentingnya menjadikan Sungai Jagir sebagai ruang edukasi bagi pelajar.
“Sungai ini bagian penting dari kehidupan warga Surabaya. Kami ingin menjadikannya laboratorium terbuka bagi pelajar untuk belajar tentang ekologi, sampah, dan konservasi. Dengan begitu, kesadaran menjaga sungai bukan hanya wacana, tapi menjadi budaya,” paparnya.
Ia menambahkan, Sungai Jagir atau dikenal juga sebagai Sungai Wonokromo, memiliki peran vital dalam pengendalian banjir sekaligus pemenuhan kebutuhan air baku Kota Surabaya. Namun, sungai ini menghadapi tekanan berat akibat pencemaran sampah domestik dan pertumbuhan eceng gondok yang sulit dikendalikan.
“Kehadiran ikan Grass Carp adalah strategi ekologis yang efektif untuk menjaga kualitas air tanpa merusak ekosistem. Jenis ikan pemakan tumbuhan ini memiliki peran alami dalam mengendalikan pertumbuhan eceng gondok yang kerap menutupi aliran sungai, sekaligus membantu menjaga keseimbangan rantai makanan di perairan,” tandasnya.