"Banyak orang penasaran dengan melon hamibatik karena coraknya unik dan ukurannya besar. Kalau anak-anak biasanya suka melon pearl lady karena rasanya lebih lembut dan manis," ujar Bambang.
Selain menjadi ladang usaha, Omah Melon Kediri juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi.
Mahasiswa dan pelajar sering datang untuk melakukan praktik lapangan.
"Kami membuka pintu untuk siapa saja yang ingin belajar. Sudah banyak mahasiswa pertanian maupun pelajar sekolah yang praktik langsung di sini," tambahnya.
Dalam mengelola lahan hidroponik ini, Bambang tidak bekerja sendiri.
Ia dibantu istrinya dan beberapa anggota tim. Ia juga aktif berkoordinasi dengan pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri terkait penyuluhan.
Menurutnya, kekompakan dan kerja sama menjadi kunci agar usaha ini bisa berjalan lancar.
"Kalau dikerjakan sendiri pasti berat. Saya bersyukur ada istri dan tim yang selalu mendukung. Bersama-sama kami menjaga kualitas panen," kata Bambang.
Meski awalnya banyak orang meragukan, kini usaha Omah Melon Kediri telah membuktikan diri sebagai inspirasi.
Banyak petani lain datang untuk belajar dan mencontoh sistem hidroponik yang ia terapkan.
"Dulu ada yang bilang bertani di lahan sempit itu mustahil. Tapi kenyataannya, dengan teknologi hidroponik semua bisa dilakukan," tuturnya.
Bagi Bambang, bertani bukan hanya soal keuntungan finansial, tetapi juga bagaimana bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.
"Saya ingin Omah Melon Kediri ini menjadi tempat belajar, wisata, sekaligus bukti bahwa bertani itu menyenangkan dan menjanjikan," pungkasnya.