Dia membutuhkan uang tambahan karena gajinya sebagai guru honorer tak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Dulu masih honorer, belum ada pengangkatan," tutur Retno kepada Kompas.com saat di Surabaya pada Selasa (20/5/2025).
Dia juga seorang single parent yang membesarkan dua anaknya yang bersekolah kelas 1 SMP dan 1 SMA.
Sehingga, selepas mengajar di sekolah SD pukul 15.00 WIB, dia beralih menjadi lady ojol.
Selama mengajar di salah satu sekolah SD di Malang, Retno juga melanjutkan pendidikannya S2 jurusan PGSD di Universitas Negeri Malang.
"Dulu masih Covid-19, bawa orderan sambil kuliah, jadi off cam," terangnya.
Di awal menjalani pekerjaan sebagai lady ojol, Retno mengaku pernah mendapat upah kotor sekitar Rp500.000 per hari.
Nominal tersebut dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk ikut tes PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) dan dinyatakan lolos.
Dia juga lolos tes persyaratan untuk jabatan kepala sekolah.
"Kemarin juga sempat tes untuk jadi kepala sekolah, ada kesempatan pendaftaran, sekali coba alhamdulillah lolos."
"Cuma belum secara resmi ya, karena ada tahapan-tahapan untuk pengangkatan," jelasnya.
Di sela-sela kesibukannya menjadi lady ojol, seorang guru, dan ibu rumah tangga, Retno tak pernah melupakan pendidikannya.
Di usianya yang ke 40 tahun, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 dari Universitas Terbuka.
"Insyaallah saya akan terima tawaran itu, tapi tetap sambil ngojol nanti. Sayang kalau dimatikan, bisa kena suspend," tuturnya.
Baca juga: Tiap Hari Siswa SD Pegangan Tangan Seberangi Sungai Demi ke Sekolah, Titip Pesan ke Gubernur