Ia menyebut, mengedukasi pencegahan diabetes pada masyarakat memang memiliki tantangan. Apalagi mengajak masyarakat untuk memperhatikan pola makan. Namun, ia mengapresiasi masyarakat lingkungan Puskesmas Made yang antusias mengikuti kegiatan tersebut.
“Pencegahan memang tidak instan, tapi kalau sedikit demi sedikit dilakukan terus-menerus, dampaknya akan besar,” ujar Dr. Maizura.
Kemenkes RI mencatat lebih dari 8,2 juta orang telah menjalani skrining kesehatan melalui program pemerintah. Hasilnya, 5,9 persen terdeteksi diabetes, dan 1 dari 10 orang usia di atas 40 tahun sudah terdiagnosis.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 juga menunjukkan 11,7 persen penduduk usia 15 tahun ke atas terindikasi diabetes. Dari angka itu, sekitar 50,2 persen merupakan diabetes tipe 2 yang umumnya dialami lansia.
Temuan tersebut menjadi pengingat bahwa diabetes tidak boleh disepelekan. Deteksi dini dan pola hidup sehat menjadi kunci utama agar masyarakat bisa terhindar dari komplikasi serius di masa depan.
Baca juga: Minuman Manis Kekinian hingga Pola Tidur Buruk Tingkatkan Risiko Diabetes di Usia Muda
Sementara Ketua Panitia, Dr dr Salmon Charles Siahaan, SpOG, menyebut kegiatan ini bukan hanya pemeriksaan kesehatan, tetapi juga pendampingan agar masyarakat memahami pentingnya perubahan gaya hidup.
Kegiatan ini dirancang sebagai wadah pembelajaran dan pendampingan, khususnya bagi geriatri dan masyarakat dengan risiko tinggi diabetes.
Peserta mendapatkan edukasi mengenai pola makan sehat, aktivitas fisik sederhana berupa seminar dan workshop secara langsung.
Pemeriksaan gula darah dan kolesterol gratis juga diberikan untuk mendeteksi risiko sejak dini.
“Perubahan kecil dalam pola makan dan aktivitas bisa berdampak besar dalam mencegah diabetes,” ujarnya.