Pedagang lainnya, Kedi (65) mengatakan, dua alat berat bahkan sudah standby di pasar untuk membongkar tempatnya mencari nafkah.
Pedagang laki-laki ini bahkan sampai harus menggelar shift jaga setiap malam.
Ia khawatir ada upaya pembakaran pasar guna memuluskan rencana revitalisasi tersebut.
"Kalau malam itu kita jaga orang 10, khawatir dibakar," ujar dia.
Kedi menilai, revitalisasi Pasar Wanguk yang diinginkan Kuwu, menurutnya tidak mendasar.
Pasalnya, kondisi Pasar Wanguk jauh dari kata tidak layak.
Baik dari kondisi tembok, atap, maupun bagian pasar lainnya, semuanya masih bagus.
"Paling cuma saluran saja yang jelek. Itu pun kalau hujan saja banjir, tapi enggak lama," ujar dia yang merupakan pedagang kelapa di Pasar Wanguk.
Kedi juga kecewa padahal selama ini pedagang sudah berkontribusi untuk pendapatan desa dengan membayar iuran rutin Rp2 ribu sehari.
Tapi iuran tersebut justru tidak dicatatkan dalam pendapatan desa.
Baca juga: Bertaruh Nyawa Demi Rp7.500, Syamsul Rela Panjat Pohon 25 Meter, Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah
Kedi mengaku, aksi unjuk rasa yang dilakukan hari ini bukan kali pertama.
Beragam upaya sudah dilakukan guna membatalkan keinginan Kuwu merevitalisasi pasar.
Namun, belum ada tindakan tegas dari Pemkab Indramayu dalam upaya membela para pedagang.
"Kami masih punya hak di Pasar Wanguk lima tahun lagi, misalkan kontrak sudah habis mangga saja," ujar dia.
Di tengah gejolak tersebut, Kedi kembali menegaskan tujuan mereka hanya sederhana, bisa berdagang tanpa tekanan demi menghidupi keluarga.