Lebaran Ketupat, Warga di Jombang Terbangkan Puluhan Balon Raksasa
Tradisi tahunan warga Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang, berupa penerbangan puluhan balon raksasa ke angkasa, kembali digelar oleh warga setempat
Penulis: Sutono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Tradisi tahunan warga Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang, berupa penerbangan puluhan balon raksasa ke angkasa, kembali digelar oleh warga setempat, Minggu (2/7/2017).
Tradisi ini digelar setiap lebaran ketupat, atau H + 7 Idul Fitri. Sebelum menerbangkan balon raksasa, warga menggelar kenduri ketupat di sejumlah masjid dan musala desa setempat.
Sejak pagi, warga Bandung sudah menyerbu masjid dan musala di masing-masing dusun. Tidak lupa, mereka membawa ketupat dan sayur serta lauk dalam wadah. Selanjutnya, mereka menyantap ketupat tersebut bersama-sama.
Usai kenduri itulah warga mengeluarkan balon raksasa yang terbuat dari kertas warna-warni. Cara menerbangkannya tidak terlalu sulit. Balon diisi dengan asap hasil pembakaran daun pisang yang sudah mengering dan kulit kelapa.
Secara perlahan, balon mengembang karena terisi asap. Tak lama kemudian, balon dengan diameter rata-rata dua meter tersebut bergerak ke angkasa. Melayang-layang mengikuti arah angin. Tepuk tangan dan sorak-sorai langsung pecah.
Nur Asrofi, tokoh masyarakat menjelaskan, tradisi ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Tujuannya, saat pembuatan balon dan penerbangannya, warga berkumpul agar terjaga tali silaturahmi.
Baca: Ditinggal Liburan, Rumah Dibobol Maling
Sedangkan filosofi dari ketupat atau kupat, ‘ngaku lepat’ atau mengaku bersalah, sehingga saling memaafkan dan semakin terjaga hubungan persaudaraan.
"Setiap musala dan masjid di Desa Bandung selalu menerbangkan balon raksasa setiap lebaran ketupat. Ini sebagai simbol pelunturan dosa-dosa selama lebaran," sambung Nur Asrofi.
Dijelaskan, pembuatan balon aneka warna itu membutuhkan waktu tiga hari. Biayanya berasal dari iuran warga. Pengerjaannya juga dilakukan secara gotong-royong.
"Setiap balon raksasa menghabiskan biaya sekitar Rp 200.000. Biaya itu kita ambilkan dari iuran warga. Namun yang paling penting, dengan adanya acara ini bisa menambah erat silaturahmi dan kerukunan antarwarga," pungkasnya.(Surya/Sutono)