Mengapa Batik Pewarnaan Alami Kurang Diminati Meski Lebih Ramah Lingkungan dan Harganya Murah?
Kurangnya minat konsumen pada batik pewarnaan alami diakui pembatik asal Jalan Jarak, Putat Jaya, Surabaya. Padahal lebih ramah lingkungan dan murah.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Alga W
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kurangnya minat konsumen pada batik pewarnaan alami diakui pembatik asal Jalan Jarak, Putat Jaya, Surabaya.
Pembatik tersebut bernama Umi Ningsih (40) dan Nirwono (45).
Beberapa cara pewarnaan batik telah menjadi inovasi tersendiri, di antaranya pewarnaan alami dan buatan.
Perbedaan keduanya tak hanya terlihat dari warna batik.
Yang mana pada batik pewarna alami lebih menonjolkan kesan soft atau kalem dengan minimal dua paduan warna.
Sedangkan pada batik pewarna buatan, warna semakin inovatif karena mengusung berbagai corak warna yang lebih mencolok.
Baca: Drama Dua Gol Persib Bandung Dianulir Wasit di Kandang Madura United yang Unggul 3 - 1
"Kalau batik pewarna alami ini kelihatan dari warnanya kalem, karena ya kebanyakan dari daun-daunan," ujar Nirwono saat ditemui di gerai Dolly Saiki, Minggu (9/7/2017).
Nirwono juga menjelaskan, untuk mendapatkan warna alami, pembatik menggunakan beberapa tumbuhan, seperti mangga dan daun jati.
"Daun itu bisa menghasilkan banyak warna. Mangga keluarnya nanti warna merah. Banyak jenis daun yang bisa menghasilkan warna alami," ujarnya.
Baca: Tanggapi Radikalisme di Media Sosial, Ikatan Pesantren Indonesia Akan Terapkan Langkah Konkret Ini
Batik pewarnaan alami dibanderol di harga yang lebih murah dibanding batik pewarna kimia.
Hal tersebut diakui pria yang tiga tahun terakhir menggeluti batik di kampungnya tersebut karena mengikuti minat konsumen terhadap corak warna batik.
"Orang-orang yang pesan itu lebih suka batik yang warnanya ngejreng, cerah, dibanding yang warna kalem seperti ini," ujar Nirwono sembari membeber kain batik pewarna alami selebar dua meter di gerai Dolly Saiki.
Diketahui, batik pewarna alami dibanderol seharga Rp 150 ribu, sedangkan batik pewarna kimia bisa mencapai harga Rp 500 ribu.
Baca: Jokowi ke Turki, Hanya Dia yang Berani Lakukan Ini Saat Kunjungan ke Masjid, Netter: Masyaallah
