Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Aneh, Meski PPDB Online Diperpanjang, Lima SMA Negeri ini Tetap Kekurangan Siswa

Banyak sekolah yang masih menunggu kebijakan Dinas Pendidian Provinsi terkait kondisi tersebut.

Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
SURYA/SAMSUL HADI
Sejumlah siswa yang diterima dalam pendaftaran online gelombang dua melakukan daftar ulang di SMAN 1 Kota Blitar, Rabu (12/7/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah sekolah ternyata banyak yang belum memenuhi pagu yang ditetapkan.

Ini setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online tahap II untuk SMA Negeri resmi ditutup.

Bahkan jumlah siswa yang mendaftar juga mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya.

Salah satunya adalah SMAN 1 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung. Dari 150 pagu PPDB online perpanjangan, hanya ada 31 siswa yang mendaftar. Sehingga sekolah di Jalan Raya Buntaran ini masih kekurangan 119 siswa.

“Ini yang kami heran. Tahun lalu kami bisa mencapai pagu, tapi tahun ini jumlah siswa yang mendaftar justru mengalami penurunan,” ungkap Kepala SMAN 1 Rejotangan, Supriadi.

Baca: Kekurangan Ratusan Siswa, SMA Negeri Ternama ini Tak Mau Buka Pendaftaran Lagi

Supriadi menambahkan, pihaknya masih menunggu kebijakan Dinas Pendidian Provinsi terkait kondisi tersebut.

Pihaknya berhaap ada kebijakan penerimaan secara offline, agar pagu yang ditetapkan bisa terpenuhi. Namun jika jumlah siswa saat ini sudah final, maka pihaknya juga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Satu rombel (rombongan belajar) jumlahnya 36 siswa. Mungkin kami akan maksimalkan yang ada, 25 sampai 28 per rombel. Atau mungkin mengurangi jumlah rombel,” tambah Supriadi.

Baca: Tak Dilirik Siswa, Pendaftaran Siswa Baru di SMA Negeri Pinggiran Seperti Kuburan

Sebenarnya kekurangan siswa tidak berpengaruh kepada proses belajar mengajar.

Namun jumlah siswa akan berpengaruh pada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Semakin sedikit siswa, maka semakin sedikit pula dana yang diterima.

Semakin sedikit dana yang dikelola, maka semakin sedikit pula kegiatan yang bisa dibiayai.

Supriadi menduga, pola pikir sekolah favorit dan sekolah pinggiran masih melekat di masyarakat.

“Harus diakui, sekolah favorit menjadi buruan orang tua siswa dan langsung penuh. Sementara sekolah yang dikenal sebagai sekolah pinggiran, kekurangan peminat,” ujar Supriadi.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved