Aneh, Pria di Tulungagung Ini Raup Untung dari Beternak Ular Piton
Lima kotak kayu dengan tutup kaca berisi ular piton ukuran besar tertata rapi di teras rumah Zainal Arifin (34), di Desa Majan RT 10, RW 2 Kecamatan
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Lima kotak kayu dengan tutup kaca berisi ular piton ukuran besar tertata rapi di teras rumah Zainal Arifin (34), di Desa Majan RT 10, RW 2 Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur.
Dua di antaranya berisi ular yang tengah bunting, dan satu kotak berisi sepasang ular raksasa yang tengah kawin.
“Biasanya setelah kawin, induk ular piton akan mengandung telurnya selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, barulah telurnya akan dikeluarkan,” terang Azen, panggilan akrabnya.
Azen adalah peternak berbagai jenis ular piton. Ayah satu anak ini mempunyai 30 induk dan 10 pejantan. Selain itu ada sekitar 50 anakan piton yang belum terjual.
Menurut Azen, 10 tahun silam, saat masih di Jakarta memelihara piton sekedar untuk hobi. Tujuannya untuk diikutikan kontes. Kadang ular peliharaan tersebut juga dikawinkan, namun bukan untuk tujuan bisnis.
Enam tahun lalu Azen kembali ke Tulungagung. Mulailah ia serius menggeluti peternakan ular piton. Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari retic culatus phyton, platinum, sunfire, tiger, golden child, motley platinum, genetic strip dan velvet.
“Piton dinilai mahal karena motifnya, warna dan genetik. Paling bagus bisa memperlihatkan lima gen. Kelimanya bisa dilihat dari tampilan warna dan motif kulitnya,” terang Azen.
Dari sisi bisnis, beternak piton sangat menguntungkan. Satu ekor induk piton biasanya menghasilkan sekitar 30 telur. Setelah dimasukkan inkubator selama 100 hari, telur akan menetas.
Namun butuh perlakukan khusus agar bisa menetaskan semua telur. Suhu harus berkisar 29 derajat hingga 30 derajat selsius. Sedangkan kelembaban udara mencapai 90 RH (kelembaban relatif).
Jika sudah menetas, bayi piton siap dipasarkan. Namun Azen biasa menjual setelah berusia satu bulan, atau sudah pernah makan. “Begitu menetas, bayi piton butuh waktu satu bulan untuk makan pertama kali,” ungkapnya.
Satu ekor bayi piton yang paling jelek dihargai Rp 2.000.000 per ekor. Piton hasil ternakkan Azen biasanya dijual dengan harga terendah Rp 5.000.000. Dalam satu bulan, Azen mengaku bisa menjual minimal lima ekor bayi piton.
Biasanya Azen menawarkan bayi piton secara online. Pasarnya pun terbuka dari seluruh Indonesia, mulai dari Jawa, Lampung, Batam, Kalimantan, Makassar, Bali, dan Lombok. Khusus pengirman luar pulau, biasanya dikenakan biaya tambahan Rp 700.000.
“Karena harus menggunakan jasa angkutan kapal, butuh surat keterangan dari karantina. Isinya menyatakan bahwa ular yang dikirim hasil ternak dan bukan hewan apendik,” tambah Azen.
Dalam satu bulan, Azen mengeluarkan dana Rp 500.000 untuk pakan ularnya. Ular indukan diberi makan satu bulan satu kali, berupa ayam tiga hingga lima ekor. Ayam yang diberikan mempunyai berat antara satu hingga dua kilogram. Kadang juga menggunakan kelinci.
Sedangkan piton ukuran kecil dan sedang, menggunakan tikus putih. Perawatannya juga tergolong mudah. Kandang piton perlu dibersihkan, jika hewan melata ini kencing maupun berak.