Tembakau Gagang Rejeb Sidi Diakui Varietas Asli Tulungagung
saat itu ada enam kultivar (jenis) tembakau yang diusulkan ke Kementerian Pertanian.
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Petani tembakau Tulungagung kini mempunyai varietas unggul yang sudah diakui oleh Kementerian Pertanian.
Namanya tembakau gagang rejeb sidi. Varietas ini dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pelepasan varietas gagang rejeb sini ini telah melalui pengujian sejak 2014.
Menurut Jayadi dari Bapai Penelitian Serat dan Pemanis (Balitas) Malang, saat itu ada enam kultivar (jenis) tembakau yang diusulkan ke Kementerian Pertanian.
Masing-masing gagang sidi dan gagang rejeb.
Dari pengujian selama hampir tiga tahun, ternyata gagang rejeb tidak tahan penyakit. Hal ini terbukti
pada tahun 2016, jenis ini banyak yang mati terkena serangan bakteri layu.
“Sementara yang gagang sidi terbukti sangat baik. Dia kebih bisa tahan penyakit,” terang Jayadi, saat
pelepasan varietas tembakau gagang rejeb sidi, Jumat (17/11) di Lapangan Desa Wates, Kecamatan
Campurdarat.
Gagang sidi ini yang kemudian diloloskan oleh Komite Pelepasan Varietas. Namun dari penyebutan
masyarakat, gagang sidi ini juga kerap disebut gagang rejeb sidi. Agar tidak terjadi kerancauan
penyebutan, Balai Pelepasan Varietas memberi nama gagang rejeb sidi.
Jayadi memaparkan, tahun 2014 varietas ini bisa menghasilkan 1,2 ton per hektar lahan. Namun dari
pengujian, rata-rata produksi 0,9 ton per hektar. Keunggulan lainnya, kandungan nikotin rata-rata 4
persen.
“Tembakau ini diakui bermutu tinggi, baik menurut pedagang tembakau lokal maupun dari pihak
pabrikan. Harapannya dengan kandungan nikotin yang tinggi itu, bisa menggantikan tembakau asal
Madura,” tutur Jayadi.
Tanaman tembakau di Tulungagung sudah ada sejak tahun 1930. Namun selama ini tidak ada varietas
asli Tulungagung yang diakui. Akibatnya produk tembakau Tulungagung mendompleng nama daerah
sebelahnya, seperti Jombang.
Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo mengatakan, total lahan tembakau di Tulungagung 1400 hektar.
Produksi satu tahun mencapai 4000 ton. Karena belum ada nama varietas yang diakui, harga tembaua
Tulungagung belum kompetitif.
“Ke depan produk tembakau Tulungagung bisa lebih menjual karena sudah punya trademark sendiri.
Produk kami tidak lagi dijual dengan nama lain,” ujar Syahri.
Sebelumnya ada enam jenis yang diajukan untuk diuji. Masing-masing gagang rejeb arang, gagang rejeb
kerep, gagang sidi, gagang jembrak dan rejeb jahe. Namun hanya dua yang diambil untuk diuji.
Ke depan Syahri akan mengusulkan empat jenis tembakau yang belum diajukan. Diharapkan ada
varietas lain yang sama-sama unggul dari Tulungagung.
“Kalau kita punya merek sendiri, maka bisa meningkatkan nilai jual. Ujungnya meningkatkan ekonomi
para petani tembakau,” pungkas Syahri. (Surya/David Yohanes)