Warga Kaget Perlintasan Kereta Api Tiba-tiba Ditutup, Ini Penjelasan PT KAI
Berulang kali laki-laki asal asal Blitar ini mengamati jalan yang tiba-tiba ditutup dengan palang besi, yang terbuat dari rel bekas.
Penulis: David Yohanes | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM,TULUNGAGUNG - Supriyono bergegas turun dari motornya, saat akan melintasi perlintasan kereta api di belakang SMPN 1 Sumbergempol, Tulungaggung, Jawa Timur.
Berulang kali laki-laki asal asal Blitar ini mengamati jalan yang tiba-tiba ditutup dengan palang besi, yang terbuat dari rel bekas.
“Tanggal 29 (Desember) kemarin saya masih bisa lewat sini lo. Kok sekarang tidak bisa dilewati?” ucap Supriyono.
Supri mengaku kerap ke Desa Bendiljati Kulon, Kecamatan Sumbergempol melalui jalan itu.
Namun kini aspal yang mengarah ke rel kereta sudah dikeruk.
Besi rel kereta jadi terlihat tinggi dan tidak mungkin dilalui roda motornya.
“Selain itu di sana juga dipalangi gitu. Terpaksa cari jalan lain,” ucapnya sambil menunjuk ke sisi selatan rel, yang ditutup dengan bekas rel.
Jalan di belakang SMPN 1 Sumbergempol yang masuk Desa Sumberdadi selama ini menjadi akses alternatif warga.
Karena sering dilalui, jalan ini sudah diaspal. Namun sejak awal 2018, PT KAI menutup jalan ini dan hanya bisa dilalui pejalan kaki.
Humas Daop 7 Madiun Supriyanto menerangkan, saat ini ada 37 perlintasan liar yang ditutup.
Jumlah itu di seluruh wilayah Daop 7, meliputi Jombang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk dan Madiun.
Targetnya ada 56 perlintasan liar yang sudah didata dan akan ditutup.
“Undang-undang menyatakan tidak boleh ada perlintasan liar. Karena itu kami mengawali agar perlintasan liat tidak bertambah,” terang Supriyanto.
Lanjutnya, jalur tikus yang dibuat warga kerap menjadi perlintasan liar.
Untuk perlintasan sebidang, jalan desa sekalipun sebenarnya harus izin ke Dirjen Perkeretaapian.