Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pantang Menyerah, Kakek di Surabaya ini Jualan Roti Untuk Bertahan Hidup, Ini Kisahnya

Di usianya yang tak lagi muda, Arifin bertahan hidup dengan berjualan roti waffel dan tinggal di sebuah surau di Bratang Gede, Surabaya.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Yoni Iskandar
Surya/Pipit Maulidiya
Arifin (70) kala bersiap menjajakan daangannya, kue waffel berbentuk hati. Pipit Maulidiya 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tidak semua orang bisa bertahan dan menerima kondisi hidupnya seperti Arifin.

Tak punya rumah, tak punya keluarga, dan tak punya pekerjaan, namun kakek 70 tahun ini enggan meminta belaskasih orang lain.

Di usianya yang tak lagi muda, Arifin bertahan hidup dengan berjualan roti waffel dan tinggal di sebuah surau di Bratang Gede, Surabaya.

Beberapa tahun silam Arifin ditinggal istri dan anak perempuan satu-satunya meninggal dunia, sementara keluarganya sudah pindah ke luar kota.

Sebagian warga Surabaya, yang pernah melintas di Jalan Jemur Andayani mungkin pernah melihat sosok Arifin. Pria tua yang menjajakan roti Waffel di lampu merah.

"Tuhan sudah baik sama saya, masih diberikan kesempatan untuk hidup. Sebagai rasa syukur, saya harus bertahan hidup, melakukan hal-hal baik, tidak merepotkan orang lain," kata pria berperawakan pendek dengan pundak yang mulai membungkuk ini, Rabu (21/2/2018).

Arifin menjual Roti Waffel berbentuk hati setiap hari di Jalan Jemur Andayani mulai pukul 16.00 hingga 20.00 WIB. Tanpa libur, kecuali dia sedang tidak enak badan.

"Shalat maghribnya di pondok pesantren (Masjid Al Jawahir), sama istirahat sebentar terus jualan lagi. Kalau tidak enak badan saya tidak jual. Kaki saya ini kadang sakit, mungkin capek mengayuh sepeda," akunya lalu tertawa kecil.

Semangatnya bertahan hidup Arifin memang patut diacungi jempol.

Setiap hari dia harus menempuh jarak cukup jauh untuk bisa menjajakan kue waffel yang sudah jadi pekerjaanya selama puluhan tahun itu.

Baca: Ketua MUI Kota Madiun : Ada Dua Orang Mencurigakan Mondar-mandir di Depan Rumahnya

Menjual kue waffel tentu bukan hal mudah bagi arifin di usianya yang sudah tua. Apalagi dia harus mengayuh sepeda dari tempat tinggalnya, Bratang ke Gunungsari setiap dua hari sekali.

"Saya ngambil sendiri pakai sepeda ontel setelah urusan bersih-bersih di mushalla selesai, sekitar jam 12.00 baru berangkat ambil kue. Nanti sampai Jemur Andayani baru jam 16.00. Ambil kuenya dua hari sekali, karena waffelnya bisa bertahan sampai 3 hari. Tapi biasanya saya 2 hari saja bisa habis," akunya.

Arifin mengaku setiap dua hari sekali dia mengambil 200 kue waffel dengan harga Rp 1500 rupiah, dan menjualnya kembali dengan harga Rp 2000 rupiah.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved