Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Baru Setahun Diresmikan, Plafon Pasar Sepoor Kota Madiun Jebol, Pembeli Ogah Datang

Renovasi pasar di Kota Madiun malah berdampak pada sepinya jualan para pedagang, reaksi keras muncul hingga ...

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
SURYA/RAHADIAN BAGUS
Pasar Sepoor Kota Madiun baru setahun direnovasi tapi sepi pembeli, Selasa (6/3/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Upaya Pemkot Madiun mensejahterakan pedagang di Pasar Sepoor tidak tercapai.

Buktinya, setelah setahun diresmikan atau tepatnya Jumat (20/1/2017) tahun lalu, sejumlah pedagang malah mengeluhkan sepinya pembeli.

Ditemui usai acara The Spoor Festival yang digelar di Pasar Sepoor, Jalan Pahlawan Kota Madiun, Selasa (6/3/2018) para pedagang mengaku omset mereka turun jauh bila dibandingkan ketika Pasar Sepor direnovasi.

"Dulu ketika belum dibangun malah ramai. Bahkan sampai malam pun ramai pembelinya. Sekarang pembeli sepi sekali," kata Putut Iswahyudi (35) pedangan yang menempati los C10 ini saat ditemui.

Putut menilai desain bangunan pasar yang menyebabkan sepinya pembeli. Sebab, para calon pembeli tidak bisa langsung melihat lapak pedagang yang berada di belakang ruko atau warung yang berada di depan.

"Kalau menurut saya pembangunannya yang salah. Pembeli tidak bisa melihat langsung, beda dengan pasar yang dulu," kata warga Pringgondani, Kota Madiun ini.

Jadi Tersangka Sodomi, Tiga Santri Pondok Pesantren ini Segera Hadapi Dakwaan Jaksa

Senada juga dikatakan penjual di los C6 bernama Dwi Sumarni (40).

Penjual nasi yang mengaku sudah berjualan di Pasar Sepoor sejak 2005 ini mengalami penurunan omset hingga 50 persen sejak berjualan di pasar yang baru.

"Lihat saja kondisinya, sepi seperti ini. Dulu sehari bisa dapat Rp 300 ribu, sekarang cuma Rp 100 ribu," keluh ibu satu anak ini.

Selain sepinya pembeli, Dwi juga mengeluhkan desain bangunan Pasar Sepoor yang baru. Meski tampak lebih bersih namun, dibuat bersekat sehingga pedagang satu dengan pedangan lain tidak terlihat.

Tak hanya itu, saluran air juga seolah dibuat asal-asalan karena air menggenang dan tidak dapat mengalir ke saluran pembuanhan dengan lancar.

"Itu juga, saluran pembuangan air dari atap juga tidak ada. Jadi kalau hujan airnya ke mana-mana," katanya.

Gara-gara Uang Rp 10 Ribu, Bapak di Magetan ini Tega Bunuh Anak Kandungnya

Hal yang sama juga dikatakan seorang penjual baju daster bernama Said Muslim (47). Pria yang mengaku sudah sejak tahun 2000 berjualan di Pasar Sepor ini juga mengeluhkan sepinya pembeli.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved