Suplai Vaksin Terkendala, Dampak Imunisasi Difteri di Lamongan Tak Terduga
Target tinggi imunisasi difteri ternyata tidak berbanding lurus dengan ketersediaan stok vaksin.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Target pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di Kabupaten Lamongan sukses mencapai target.
Padahal di awal pelaksaan sempat ada kendala, yakni keterlambatan suplai vaksin. Tapi ternyata kendala itu tak ada pengaruhnya dan target tetap tercapai.
Tercatat, Ori di Lamongan telah mencapai sebanyak 100,70 persen.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Lamongan, Bambang Susilo kepada Tribunjatim.com, Minggu (18/3/2018) mengatakan, Ori merupakan salah satu upaya terhadap penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit dengan pemberian imunisasi.
Diungkapkan, ORI Difteri di Lamongan yang telah dilaksanakan sejak awal Februari telah mencapai target proyeksi sebesar 100,70 persen.
"Target sasaran ORI di Lamongan diproyeksi sebesar 315.795 dengan sasaran riil sebesar 324.002 dan yang sudah tervaksinasi sebesar 317.990," ungkapnya.
Berarti, kalau dihitung dengan sasaran proyeksi, maka Lamongan sudah mencapai 100,70 persen dan target riil mencapai 98,14 persen.
Sedangkan pelaksanaan ORI putaran I masih akan berlangsunh hingga 31 Maret 2018 ini.
Pelaksanaan ORI di Lamongan, ungkap Bambang, sempat mengalami kendala dengan terhambatnya pasokan vaksin di awal pelaksanaan. Namun, setelah itu lancar hingga saat ini.
Hanya saja, meski sudah mencapai target proyeksi sebesar 100,70 persen, masih ada beberapa kecamatan yang belum mencapai target 100 persen.
Bambang menghimbau, petugas kesehatan untuk segera melaksanakan sweeping sasaran yang belum dilaksanakan imunisasi.
Masyarakat, khususnya dengan sasaran anak usia 1 tahun sampai dengan usia di bawah 19 tahun yang belum mendapatkan imunisasi Difteri segera mendatangi pos ORI atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi Difteri secara gratis.
Sementara, pelaksanaan ORI difteri di Lamongan ini juga melibatkan Babinsa yang turun langsung setiap pelaksanaam
untuk mendampingi pelaksanaan ORI Difteri.
Keberadaan Babinsa memudahkan petugas kesehatan, karena Babinsa selain membantu menyadarkan sasaran juga turut membantu pelaksanaan. (Surya/Hanif Manshuri)