Wartawan Surya Juara Nasional Anugerah Jurnalistik Telkomsel, 'Anak Muda Kreatif di Banyuwangi'
Harian Surya meraih juara nasional Anugerah Jurnalistik Telkomsel, dengan tema Membuka Jaringan Telkomsel Hingga Pelosok,
Penulis: Haorrahman | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MAKASSAR - Harian Surya (Tribunjatim.com) meraih juara nasional Anugerah Jurnalistik Telkomsel, dengan tema Membuka Jaringan Telkomsel Hingga Pelosok, Membuka Gerbang Digital ke Seluruh Masyarakat Indonesia.
"Lomba jurnalistik dibagi tingkat nasional dan area. Surya meraih juara nasional," kata Andik Setiawan, Corporate Communications, Telkomsel Jawa Bali, Rabu (21/3/2018).
Artikel reporter Surya, Haorrahman Dwi S, dengan judul Anak-Anak Muda Hebat yang Berkarya di Pelosok Desa, meraih juara nasional karya tulis.
Artikel ini menceritakan kisah anak-anak muda Banyuwangi yang berprestasi, namun memilih untuk berkarya di kampung halamannya yang jauh dari kota.
Baca: Nama Puti Guntur Soekarno Kurang Populer, Begini Penjelasan PDI-P
Padahal dengan prestasi-prestasi mereka, telah banyak mendapat tawaran bekerja di perusahaan-perusahaan besar.
Seperti Vicky Hendri Kurniawan, pendiri Banyucindih Creative, yang bergerak di bidang video kreatif.
Vicky memilih untuk tetap berkarya di Dusun Banyucindih, Desa Segobang, Kecamatan Licin, yang terletak di kaki Gunung Ijen.
Karya film dokumenter garapan Vicky, Tumiran, meraih Piala Ki Dewantara di Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2015, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahkan film yang menceritakan lelaki keturunan ritual Kebo-keboan di Desa Aliyan itu, sempat diputar di Pameran ISI di Malaysia (2014), serta di Indo Film Cafe Belanda (2015), dan di Frankfurt Book Fair (2015).
Selain Vicky, di kaki Gunung Raung, terdapat dua kakak beradik yang hijrah dari kemapaman kota, dan memilih untuk bekerja dan membangun desanya.
Mereka adalah Agus Riyanto dan Anang Setiawan, asal Dusun Tlogosari, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.
Baca: Dukung Gus Ipul Jadi Gubernur, Ketua FKDT Jatim Sebutkan Tiga Alasannya
Kakak beradik yang hanya beda usia dua tahun itu, membentuk komunitas ekonomi lokal jaringan lele booster, yang anggotanya dari pemuda-pemuda desa.
Padahal dua pemuda ini sebelumnya telah sukses di Surabaya.