Kisah di Balik Suksesnya 'Es Kepal Milo', Omzet Rp 5 Juta Sehari hingga Penjual Berdiri 8 Jam
Es kepal milo menjadi bisnis kuliner yang sedang digandrungi akhir-akhir ini. Minuman manis yang satu ini menjadi viral di media sosial.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Edwin Fajerial
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM - Es kepal milo menjadi bisnis kuliner yang sedang digandrungi akhir-akhir ini.
Minuman manis yang satu ini menjadi viral di media sosial.
Bahan yang digunakan, yaitu Milo, susu, es serut, dan tambahan berbagai topping.
Alasan mengapa dinamakan es kepal karena bentuk es yang seperti dikepal menggunakan tangan.
Di mana-mana, banyak yang menjual minuman berbahan Milo, susu, es serut, dan tambahan berbagai topping.

Satu di antaranya di Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Di sebuah lapak kecil, banyak pelanggan yang rela antre berjam-jam hingga tengah malam hanya demi mendapatkan Es Milo Kepal.
Sang pemilik, Ariani, tak menyangka jika es milo kepal yang dijualnya menjadi viral seperti sekarang ini.
Lalu bagaimana kisah Ariani hingga berhasil menjalankan bisnisnya hingga sukses?
Dirangkum TribunJatim dari berbagai sumber, berikut ulasannya :
1. Awalnya penjual hotdog
Dilansir dari Kompas.com, Sebelumnya, Ariani merupakan penjual hotdog kentang yang beberapa waktu lalu juga viral.
Ia mendapat tawaran dari temannya, seorang pengusaha, untuk membeli merek dagang atau franchise Es Kepal Milo.
Mendapat tawaran tersebut dan keinginan mengembangkan usaha yang dipandang tak tergerus waktu, Ariani mengambil tawaran itu.
"Kalau es krim kan kayaknya jualan yang bakal diminati orang terus, ya. Tetapi, awalnya itu saya enggak pernah sekalipun kepikiran ini bakal viral. Saya cuma pikir, es krim, kan, enak, nanti setiap hari bisa sekalian jualan, bisa sekalian kasih es krim untuk anak saya, he-he-he," ujar Ariani di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2018).
2. Keluarkan modal Rp 9 Juta
Modal yang dikeluarkan Ariani untuk membeli merek es kepal Milo hanya Rp 9 juta.
Ariani menilai, harga tersebut jauh lebih murah ketimbang harus membeli merek dagang es lainnya dengan modal yang jauh lebih besar.
3. Berjualan di pinggir jalan

Ariani telah berjualan selama dua pekan. Dia lebih memilih berjualan di pinggir jalan karena merasa warga akan lebih tertarik membeli es tersebut dibandingkan dengan harus membuka tempat khusus semacam kafe.
Awalnya, Ariani buka mulai pukul 14.00 hingga 21.00 setiap harinya.
Di awal berjualan, Ariani terkejut melihat ramainya warga yang membeli es kepal miliknya.
4. Omzet Rp 5 Juta per hari
Awal berjualan, Ariani bisa menjual 300 sampai 500 cup es kepal Milo.
Adapun untuk harga es bervariasi, mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 12.000 tergantung ukuran dan tambahan topping yang digunakan.
Penjualan Ariani semakin laris ketika tiga hingga empat hari berjualan.
Seiring ramainya pembeli dia bisa menjual sekitar 700 cup es kepal Milo per hari.
Jam buka juga semakin lama, hingga pukul 23.00.
Bahan-bahan yang diperlukan juga semakin banyak.
Jika sebelumnya hanya membutuhkan 8 kg-9 kg Milo, kini Ariani bisa menghabiskan 20 kg milo, 2 lusin susu kaleng, dan 50 hingga 70 batang es per hari.
Untuk omzet kotor, setiap hari Ariani bisa mendapatkan Rp 5 juta.
5. Berdiri delapan jam layani pelanggan
Setiap hari, Ariani dibantu anak dan suaminya berjualan.
Banyaknya pembeli yang datang silih berganti membuat Ariani harus berdiri delapan jam untuk melayani pelanggan.
Setiap hari Ariani juga harus pulang larut malam di atas pukul 24.00.
"Kurang tidur, kecapekan, shalat Subuh rada kesiangan karena sampai rumah itu bisa pukul 02.00 ngerapiin dagangan. Memang badan pada sakit semua, he-he-he," ujar Ariani.
Ariani mengatakan, setiap hari antrean pembeli tetap ramai.
Sangkin ramainya membuat kepadatan lalu lintas karena banyak sepeda motor yang parkir di ruas jalan.
Sejumlah pengendara yang melintas kerap melontarkan kekesalan mereka dengan berteriak mengarah ke lapak Ariani.
Ariani juga mengatakan kerap menemui warga yang memaksa tetap membeli es yang dijualnya.
Padahal, es tersebut telah habis.