Pagar Alun-alun Lamongan Dibongkar, Puluhan PKL Kelimpungan
Para PKL di alun-alun Lamongan kelimpungan gara-gara trotoar dan pagar dibongkar.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
lihat foto
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Trotoar Alun-alun Lamongan mulai dibangun. Trotoar yang semula hanya 3 meter, diperlebar lagi.
Sejak dua hari ini pagar Alun-alun mulai dibongkar untuk rencana pembangunan pelebaran trotoar.
Pembongkaran dimulai dari bagian Timur dan akan menyeluruh pada pagar yang mengitari Alun-alun.
Puluhan pedagang kaki lima (PKL) yang sudah puluhan tahun manempati trotoar mulai sore hingga dini hari untuk berjualan, bakal tidak bisa menempati trotoar itu lagi.
Ternyata pembanguna pelebaran trotoar ini menjadi masalah serius bagi para PKL. Pasalnya, mereka tidak bisa menempati trotoar sebagai lahan mencari nafkah.
Saat pembangunan, bagian luar trotor lama akan dipasang pagar seng keliling. Praktis tidak ada tempat bagi PKL untuk bisa berjualan dekat Alun-alun.
"Kami hanya berharap ada tempat relokasi yang tak jauh dari Alun-alun," harap Parno kepada Tribunjatim.com, Minggu (29/4/2018).
Harapan para PKL ada beberapa alternatif yakni menempati lahan parkir bagian dalam pelataran Pasar Tingkat.
Atau sementara, kalau boleh menempati separuh badan jalan sekitar Alun-alun.
Lokasi sekitar pasar juga tidak mungkin karena sudah penuh oleh PKL.
"Kami butuh relokasi agar dapat mencari nafkah seperti hari-hari biasanya," ungkap PKL lainnya.
Para pedagang tinggal punya kesempatan dua hari untuk menempati trotoar Alun-alun. Dan mulai 1 Mei, para PKl dilarang menggelar lapak dan berjualan di trotoar Alun-alun.
Menurut Parno, dari hasil musyawarah di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan beberapa waktu lalu, ada beberapa pilihan tempat relolasi, yakni di lokasi PKL Selatan Pasar Ikan jalan Andansari dan di jalan baru, Barat Pasar Sidoarjo.
Di jalan baru, dirasa para PKL terlalu jauh dan jauh dari konsentrasi masyarakat. Sedangkan di lokasi PKL Selatan Pasar Ikan ada kemungkinan bisa diterima.
Tapi perlu pendukung untuk meramaikan kunjungan yakni, harus ada sarana mainan anak-anak.
"Repotnya, kalau ditambah sarana mainan akan memakan lahan. Sedangkan jumlah PKL cukup banyak," katanya.
