Pemkab Banyuwangi Siapkan Rp 2 Miliar Uang Saku dan Transport Siswa Miskin SD sampai SMA
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Pemkab Banyuwangi meluncurkan program bantuan uang saku
Penulis: Haorrahman | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Pemkab Banyuwangi meluncurkan program bantuan uang saku untuk siswa dari keluarga miskin mulai Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diberikan setiap hari.
Padahal kebijakan terhadap SMA merupakan wilayah dari Pemprov Jatim.
"Sebelum mengeluarkan program ini, kami telah mempelajari kebijakan pemberian uang saku pada siswa SMA. Ini tidak melanggar peraturan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Rabu (2/5/2018).
Menurut Anas pemberian uang saku tersebut diperuntukkan untuk siswa dari keluarga tidak mampu yang telah ditetapkan kategorinya. Tahap awal, Pemkab Banyuwangi menganggarkan Rp 2 miliar untuk program ini.
"Apabila ditemukan masih banyak siswa yang membutuhkan, anggarannya akan kami tambah di PAK (Perubahan Anggaran Keuangan)," kata Abdullah Azwar Anas.
Besaran uang saku yang diterima berbeda-beda. Untuk siswa SD senilai Rp 5.000, SMP 10.000, dan SMA senilai Rp 15.000 tiap hari.
Baca: Rencana Pilot Mogok, Penerbangan Garuda di bandara Juanda Surabaya Normal
Jumlah itu masih ditambah lagi dengan uang transport masing-masing senilai Rp 5.000. Dengan demikian, siswa SD tiap hari menerima Rp 10.000, SMP Rp 15.000 dan SMA Rp 20.000.
Uang tersebut langsung diberikan pada siswa yang bersangkutan melalui rekening. Tiap penerima bantuan program ini mendapat rekening atas nama siswa yang bersangkutan.
Menurut Anas, pemberian bantuan uang saku dan transport ini, karena bagi keluarga miskin terkadang uang saku sekolah menjadi beban tersendiri.
"Mungkin bagi kita uang Rp 5.000 tidak ada artinya, tapi bagi mereka uang tersebut sangat berarti, terutama bagi anak-anak," kata Abdullah Azwar Anas.
Uang saku sangat penting bagi anak-anak, untuk menambah gizi mereka. Selain itu, uang saku terkadang membuat anak-anak tidak percaya diri ke sekolah.
Baca: Kecanduan Sabu-sabu, Pemuda di Bangkalan Curi Pompa Air
Demikian juga dengan uang transport. Bagi beberapa kalangan, uang transport menjadi masalah tersendiri bahkan beberapa kasus menyebabkan anak putus sekolah.
"Program ini semakin melengkapi berbagai program pendidikan yang ada sebelumnya, sehingga tidak ada alasan anak tidak bisa sekolah. Apabila masih ditemukan anak miskin tidak bisa sekolah, laporkan pada kami," kata Abdullah Azwar Anas.