Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Warga Gresik Lawan Berita Hoax Lewat 'Kaos Hoax Hoex'

Beredarnya kabar hoax membuat inspirasi Arif Ridwan (43) alias Anjing Jalanan (Anja), warga Telogopojok, Kecamatan Gresik

Penulis: Sugiyono | Editor: Yoni Iskandar
(surya/Sugiyono)
Arif Ridwan warga Telogopojok, Kecamatan Gresik, untuk memproduksi kaos bertuliskan 'Hoax Hoex 

 TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Beredarnya kabar hoax membuat inspirasi Arif Ridwan (43), warga Telogopojok, Kecamatan Gresik, untuk memproduksi kaos bertuliskan 'Hoax Hoex'. Kaos tersebut diharapkan bisa mencerdaskan masyarakat yang membacanya.

Menurut Anja, pembuatan kaos Hoax Hoex ini sesuai dengan bahasa lokal Gresik dan perilaku beberapa masyarakat yang muntah-muntah saat melihat hal yang kurang baik.

"Warga Gresik itu saat melihat sesuatu yang kurang baik itu selalu Hoak Hoex mau muntah. Hal ini sama dengan melihat berita bohong, sehingga masyarakat harus pintar dalam melihat berita," kata Anja, saat memasarkan kaos ke warung-warung di Kota Gresik, Senin (7/5/2018).

Selain itu, Anja menjelaskan bahwa kaos Hoax Hoex muncul atas kegelisahan masyarakat atas berita yang diduga bohong beredar di masyarakat.

Baca: 2 Tahun Dibui Akibat Pencabulan, Saipul Jamil Menangis Saat Ditanya Keuangannya oleh Billy Syahputra

"Atas kegelisahan itu, akhirnya muncul kaos Hoax Hoex," imbuhnya.

Untuk memproduksi kaos pesan-pesan sosial ini, Anja melibatkan teman-temannya yang juga perjuangan saat muda yaitu menjadi pengamen jalanan.

Sedikitnya ada 5 pengamen jalanan yang bisa menyablon sehingga bisa menambah pendapatan sehari-hari.

Baca: Julia Perez Meninggal Tahun Lalu, Gak Nyangka Kondisi Musala Warisannya Sekarang Jadi Seperti Ini

"Kita latih teman-teman untuk mandiri, agar tidak menggantungkan pada penghasilan mengamen. Mereka juga punya lahan untuk ternak lele sehingga bisa menanbah pendapatan untuk mencukupi kebutuhan keluarga," imbuhnya.

Termasuk Farid Haz (38), warga dusun Sidodadi, desa Melirang, Kecamatan Bungah yang ikut menjadi tim membuat kaos pesan-pesan moral.

Dari usaha gabungan teman-teman pengamen jalanan itu tidak mengambil keuntungan yang banyak. Kaos dijual antara Rp 80.000 sampai Rp 110.000 perkaos.

"Yang penting bisa produksi ulang dan bisa menyampaikan pesan moral itu," kata Farid, sambil ngobrol di warung kopi saat menjual kaos. (Surya/Sugiyono).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved