Serangan Bom di Surabaya
Kisah Penjual Air Galon, yang Dapat Pesan Khusus Mutiono Sesaat Jelang Ngebom Polrestabes Surabaya
Pria ini menjadi saksi hidup terakhir keberadaan Bomber Polrestabes Surabaya, sesaat sebelum beraksi maut dengan keluarga.
Penulis: Khairul Amin | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tri Murtiono, pelaku bom bunuh diri Mako Polrestabes Surabaya, Senin (13/5/2018), ternyata sempat menceramahi seorang penjual air galon di komplek sekitar rumah kontrakannya, Rt 08, Rw 02, Tambak Medokan Ayu, Gang 6, Rungkut, Surabaya, sesaat sebelum melakukan pengeboman.
Hal tersebut berdasarkan pengakuan Kasida (54), penjual Air di kompleks tempat tinggal Tri Murtiono.
Menurutnya, pada Minggu (12/5/2018) malam, atau sehari sebelum melakukan aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Tri Murtiono memesan air pada Kasida.
Tapi karena sedang sibuk dan ada aktivitas lain, Kasida baru bisa mengantarkannya pesanan air tersebut pada Senin pagi.
"Dia (Tri Murtiono) pesan air Minggu malam, tapi karena saya belum sempat antar, saya antarkan Senin paginya, sekitar jam 06.00 WIB," ungkapnya, Selasa (15/5/2018).
Diajak Ortu Ngebom Polrestabes, Tubuh Bocah 7 Tahun ini Terlempar 3 Meter, Mukjizat Tuhan Datang
BREAKING NEWS : Pelaku Bom Bunuh Diri Tiga Gereja Adalah 6 Orang Sekeluarga Asal Rungkut Surabaya
Nah, saat mengantar air tersebut, Kasida sempat bercengkrama dengan Tri Murtiono dengan menanyakan asal, pekerjaan dan informasi lainnya.
Hal itu dilakukan pria yang sudah 8 tahun tinggal bertetangga dengan Tri Murtino agar lebih dekat dan makin akrab dengan para penghuni baru di kompleknya.
Saat obrolan tersebut terjadi, diluar dugaan, Kasida juga diceramahi dan diberikan sedikit pengertian tentang agama dan kehidupan oleh Tri Murtiono.
"Ya saya tanya tentang asal dan pekerjaan, dia bilang pekerjaannya usaha almunium, perabotan rumah tangga," terangnya.
Tiga Orang Bercadar Masuk Gereja Kristen Indonesia, Lalu Bom Meledak dan Menghancurkan Semua
Selain ngobrol pekerjaan, Tri Murtiono juga memberikan pemahaman tentang agama dan kehidupan.
"Gak banyak ngobrol pekerjaan, lebih banyaknya tentang agama, dia bilang hidup itu dipasrahkan saja sama Allah, jangan terlalu mengejar dunia, dia juga dengarkan saya beberapa Hadist, tapi karena saya juga kurang paham hanya manggut-manggut saja," ucapnya.
Walaupun memang, obrolan tersebut hanya terjadi sangat singkat, sekitar 30 menit saja.
"Saya antarkan air pukul 06.00 WIB, ngobrol sampek sekitar pukul 06.30 WIB, karena setelah itu dia bilang mau segera berangkat kerja," ungkap Kasida.
Dita si Pengebom Gereja di Surabaya Pernah Kuliah di Unair, Tapi Drop Out Gara-gara . . .
Selama tinggal di kompleknya tersebut, Kasida baru dua kali mengantarkan air ke rumah kontrakan Tri Murtiono.
"Baru dua kali saya antarkan kerumah, pertama sekitar sebulan lalu, yang nerima anaknya yang paling besar, tapi setiap ngantarkan saya gak boleh masuk sampek pintu, hanya boleh sampek pagar saja, mau saya bawa kedalam gak boleh sama mereka," terangnya.