Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serangan Bom di Surabaya

Sempat Salat Dhuha, Nuchin Lalu Tersambar Bom Gereja Pantekosta, Kisah Tragisnya Melelehkan Mata

Kisat pria ini benar-benar melelehkan mata, saat tersambar bom bunuh diri gereja di Surabaya usai salat dhuha.

Penulis: M Taufik | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM/IST
Foto kenangan Almarhum Nuchin, istri dan anaknya. 

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Nuchin, pria 56 tahu asal Desa Tropodo, Kecamatan Waru, Sidoarjo menjadi korban ledakan bom bunuh diri Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno, Surabaya Minggu (13/5/2018) pagi.

Saat itu, bapak tiga anak ini sedang melintas mengendarai sepeda motor Honda Grand bernopol W 3564 SJ menuju Pasar Loak Surabaya.

Hingga Selasa (15/5/2018) sore, sejumlah kerabat dan tetangga terus berdatangan ke rumah nomor 137 di Jalan Tropodo I Sidoarjo. Tempat tinggal Nuchin bersama istri dan seorang anaknya yang masih berusia 9 tahun.

Jayati, istri Nuchin, didampingi beberapa saudaranya terlihat tegar menerima setiap tamu yang datang.

"Bapak pamitnya mau ke pasar loak untuk membeli lampu bekas karena ada lampu di rumah yang mati," ujar Jayati saat menemui beberapa tamu di rumahnya.

Tiga Orang Bercadar Masuk Gereja Kristen Indonesia, Lalu Bom Meledak dan Menghancurkan Semua

Sambil terus mendekap putranya Muhammad Ferdi yang masih duduk di kelas 3 SD, perempuan berjilbab itu menceritakan sejumlah hal terkait suaminya yang baru saja menjadi korban ledakan bom di Surabaya.

Sehari-hari Nuchin bekerja di bagian packaging Brownis Amanda di Tropodo I Sidoarjo, hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya.

Hari Minggu kemarin, kebetulan dia kena shift siang sehingga ada waktu longgar sampai pukul 12.30 WIB. Seperti biasa, Nuchin kerap mencari barang ke pasar loak saat hari Minggu.

Lampu, kran, atau barang-barang bekas lain biasa dia beli kemudian diperbaiki sendiri di rumah. Tidak dijual, tapi untuk kebutuhan rumahnya.

Ajak 4 Anaknya yang Bocah Bunuh Diri Bom 3 Gereja, Begini Perilaku Aneh Keluarga Dita dan Puji

"Pagi itu bapak mandi kemudian Salat Dhuha. Beberapa saat setelah salat beliau ganti baju kemudian pamitan ke saya mau pergi ke pasar loak. Sementara anaknya masih tidur karena hari libur," kisah Jayati.

Sambil sesekali menyeka air mata, ibu rumah tangga ini mengaku sama sekali tak punya firasat bahwa pertemuan itu merupakan yang terakhir kali dengan sang suami.

Sebelumnya, almarhum Nuchin juga tidak pernah berperilaku aneh atau berpesan apapun kepada dia dan anaknya. "Tidak, tidak ada pesan apa-apa," sambungnya lirih.

Karena sampai sore tak kunjung pulang, Jayati berusaha mencari suaminya ke Surabaya. Meski ada bom meledak tiga tiga lokasi sekaligus, dia dan keluarga tak mengira Nuchin menjadi korban.

Diajak Ortu Ngebom Polrestabes, Tubuh Bocah 7 Tahun ini Terlempar 3 Meter, Mukjizat Tuhan Datang

Ini karena dari kabar yang diterima bom meledak di tiga gereja, sementara Nuchin sedang ke Pasar Loak.

Tak kunjung menemukan suaminya, Jayati akhirnya memutuskan untuk mendatangi Polda Jatim. Karena dari data korban sementara waktu itu belum ada nama Nuchin, dia disarankan ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved