Pilgub Jatim 2018
Survei Terbaru Puskep Unair: Elektabilitas Gus Ipul 47,25 persen Khofifah 42,25 persen
Perang hasil survei mulai terjadi menjelang gelaran Pilgub Jatim 2018, dengan hasil yang berbeda.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan Konfilk (Puskep) FISIP Universitas Airlangga (Unair) merilis hasil survei, Selasa (29/5/2018), terhadap perilaku pemilih jelang gelaran Pilgub Jatim 2018.
Hasilnya, tingkat elektabilitas pasangan Calon Gubernur, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Calon Wakil Gubernur, Puti Guntur Soekarno unggul dengan 47,25 persen dibanding duet Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto sebesar (42,25 persen).
Sementara sisanya (10,5 persen) belum menentukan pilihan.
”Pertarungan dua kandidat antara Bu Khofifah dan Gus Ipul memang selalu ketat. Meskipun saat ini Gus Ipul masih unggul, namun selalu ketat dan mendebarkan sampai akhir laga,” ujar Direktur Puskep FISIP Unair, Putu Aditya, dalam siaran tertulisnya, Selasa (29/5/2018).
Dari sisi popularitas, Gus Ipul memperoleh 97,96 persen, sedangkan Khofifah sebesar 90,1 persen.
Untuk posisi cawagub, perbedaan popularitas Emil Elestianto dan Puti Soekarno cukup tipis. Popularitas Emil 85,1 persen dibanding Puti 84,5 persen.
Menurut Putu, dari aspek geografis, pemilih Gus Ipul-Puti terkonsentrasi di kawasan Arek (Surabaya dan sekitarnya serta Malang Raya), Tapal Kuda (Pasuruan ke arah timur Jatim), dan Mataraman dalam (kawasan barat Jatim). ”Keunggulan terbesar pasangan nomor urut 2 ini ada di Tapal Kuda,” jelasnya.
Adapun pendukung Khofifah-Emil banyak berada di Mataraman pesisir (Tuban, Lamongan, Gresik) dan Madura.
"Kontribusi suara dari Madura ke Khofifah sebesar 55,9 persen,” kata Putu.
Putu mengatakan, survei juga memotret penerimaan masyarakat terhadap program atau janji kerja kedua pasangan calon.
Menurut survei tersebut, program Khofifah-Emil dinilai realistis oleh 37,6 persen responden, sedangkan 33,1 persen menyatakan tidak realistis. Sisanya menyatakan tidak tahu.
Pada duet Gus Ipul-Puti, lanjut Putu, sebanyak 46,4 persen responden menyatakan program keduanya realistis untuk dilaksanakan, 30,4 persen menyatakan tidak realistis, dan sisanya menyatakan tidak tahu.
”Penerimaan publik terhadap program Gus Ipul-Puti lebih bagus dibanding Khofifah-Emil. Hal ini terkait skema program Gus Ipul-Puti yang lebih simpel dan langsung menjawab masalah di lapangan," tukasnya.
Berbeda dengan Khofifah-Emil yang dinilai baik secara retorika, namun justru tidak dipahami dengan baik oleh publik.
"Program Khofifah-Emil dinilai mengawang-awang dan cenderung teoretis,” papar akademisi FISIP Unair tersebut.