Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Lampu Hias Bambu Made In Bangkalan Mulai Terangi Negeri Jiran

Inovasi kerajinan tangan berbahan bambu asal Jatim tak pernah habis dan makin digemari negeri tetangga.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Mujib Anwar
SURYA/AHMAD FAISOL
Imam Syafii tengah memamerkan lampu hias dinding berbahan bambu yang dikirim ke Gresik, Jakarta, Balikpapan, bahkan hingga ke Malaysia. 

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Inovasi kerajinan tangan berbahan bambu seakan tak pernah habis. Di tangan Imam Syafii (25), warga Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, batang bambu bisa disulap menjadi bahan lampu hias dinding unik bernilai ekonomis.

Dering mesin bor kecil sayup terdengar dari kamar berukuran sekitar 5 x 6 meter, Minggu (17/62018).

Di ruang itu, Imam tengah sibuk memproduksi lampu hias dinding yang akan ia kirim ke Balikpapan.

Meski belum genap setahun, namun karyanya sudah dipesan ke beberapa kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Gresik, bahkan hingga ke Malaysia.

"Ke Malaysia tiga minggu sekali sebanyak 7 hingga 10 buah. Jakarta kirim 3 buah per dua minggu. Gresik 5 buah per bulan, dan Balikpapan sebanyak 2 buah per bulan," ungkap Imam.

Baca: Menikmati Sensasi Pijat Ala Jepang di Kota Tuban, Tidak Lengket dan Bikin Terlelap

Kabupaten Bangkalan merupakan daerah yang subur dengan tanaman bambu. Melimpahnya ketersediaan bahan baku itulah yang dimanfaatkan Imam.

Awalnya, ia sempat berpikir akan menggunakan kayu sebagai baham lampu hias. Namun hal itu urung dilakukan lantaran harga kayu mahal.

Ia menjelaskan, lampu hias berbahan batang bambu harganya lebih terjangkau daripada menggunakan bahan dasar kayu.

"Saya jual mulai Rp 60 ribu hingga Rp 150 ribu. Harga tergantung motif karena berhubungan dengan tingkat kesulitan pengerjaannya," jelasnya.

Baca: Tahun Ajaran Baru, SPP SMA/SMK di Jatim Akan Naik, Segini Nilainya

Imam mengaku belum mampu memproduksi lampu hias secara massal. Bersama istri dan adiknya, ia hanya mampu memproduksi dua sampai tiga buah atau maksimal hingga empat buah.

Selain karena keterbatasan tenaga, ia ingin menjaga kualitas karyanya. Kendati kuat, namun batang bambu mudah lapuk.

Untuk menghindari itu, batang bambu yang sudah dipotong sepanjang 30 sentimeter itu tidak langsung diukir.

"Potongan batang bambu itu harus diremdam dulu ke air dicampur kapur. Rendamnya selama dua minggu agar bambu tetap kokoh, tidak mudah lapuk," paparnya.

Setelah dua minggu direndam, potongan batang bambu dipanggang selama seminggu. Dua proses itu untuk menghilangkan proses pelapukan pada bambu.

Baca: Mobeling Bantu Puluhan Mobil Mogok di Jalur Surabaya-Malang

"Barulah diukir dan diplitur. Setelah itu barulah dipanasi. Bukan dijemur melainkan diopen selama sehari semalam," ujarnya.

Dari berbagai motif ukir yang ada, motif batu bata, lubang tak beraturan, minimalis, dan lubang tak beraturan yang paling laku dipesan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved