Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Asyiknya Belajar Sambil Berwisata di Kampung Naga Tasikmalaya

Lokasi Kampung Naga berjarak sekitar 30Km dari pusat Kota Tasikmalaya, sedangkan dari pusat Kota Garut sekitar 36 Km.

Penulis: Januar | Editor: Januar
istimewa
Suasana di Kampung Naga 

TRIBUNJATIM.COM - Jika anda tengah berkunjung di jawa barat. Ada salah 1 objek wisata budaya yang sayang untuk dilewatkan. Adalah Kampung naga di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Lokasi Kampung Naga berjarak sekitar 30Km dari pusat Kota Tasikmalaya, sedangkan dari pusat Kota Garut sekitar 36 Km. 

Untuk menuju ke Kampung Naga, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda 2 maupun 4 dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam.

Usai tiba di Desa Neglasari, pengunjung masih harus berjalan menuruni sekitar 439 anak tangga karena lokasinya yang berada jauh dibawah tebing.

Baca: Pasca Libur Lebaran, Kecamatan Tambaksari Gelar Operasi Yustisi untuk Para Pendatang Baru

Cukup menguras tenaga untuk bisa sampai ke Kampung naga. Namun, pengunjung tak perlu khawatir. Rasa lelah pun terbayar lunas oleh keindahan hutan yang asri, hamparan sawah terasering dan gemericik air sungai ciwulan yang mengalir jernih di sisi jalan setapak menuju kampung naga.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern masyarakat kota Tasikmalaya, ternyata penduduk di kampung naga yang berjumlah 313 orang ini masih memegang teguh adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

Bagaimana tidak, puluhan tahun mereka hidup berdampingan tanpa adanya aliran listrik yang masuk ke kampung. 

Pun demikian dengan gas LPG untuk memasak, warga tetap bertahan dengan menggunakan tungku.

Namun uniknya, tak ada aturan dalam berbusana, larangan pendidikan maupun penggunaan elektronik dalam kehidupan masyarakat di Kampung ini. 

"Anak-anak disini tetap sekolah seperti anak-anak lain pada umumnya. Beberapa rumah juga ada televisi tapi menggunakan Aki, "Ujar Sahyan, satu di antara seorang sesepuh di Kampung Naga, seperti yang tercantum dalam rilis yang diterima TribunJatim.com, Kamis (21/6/2018).

Sehari-hari, lanjut Sahyan menambahkan, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani ini senantiasa hidup rukun karena berpegang teguh terhadap warisan budaya leluhurnya.

Kampung Naga
Kampung Naga (istimewa)

Buktinya, untuk hasil berkebun saja jika ada sisa mereka silih berganti memberi ke tetangga. 

"Saat panen padi, buah-buahan sama ketela itu harus dikonsumsi oleh 1 keluarga dulu. Kalau ada sisa mah baru dibagi ke tetangga, kalau masih ada sisa lagi baru boleh dijual ke pasar, "tambah Sahyan.

Rumah penduduk di Kampung Naga yang berjumlah 112 bangunan ini, semuanya terbuat dari kayu atau bambu. Sedangkan atapnya terbuat dari daun nipah atau ijuk.

Selain itu, di dalam rumah juga tak boleh ada perabotan seperti kursi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved