Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Demi Orang Tuanya, Pria Kos di Kendangsari Surabaya ini Nekat Bunuh Diri

Pria yang kos di Surabaya ini nekat bunuh diri dan membuat geger hanya demi orang tuannya.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Mujib Anwar
SURYA/PIPIT MAULIDIYA
Kartika meratapi anaknya yang gantung diri di depan kamar kosnya, di wilayah Kendangsari, Surabaya, Sabtu (23/6/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Purwito Hariadi (49), warga yang tinggal di rumah kos Jalan Kendangsari Gang III, Surabaya mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Pria yang berstatus sebagai bujangan itu terkenal sebagai pribadi yang baik sebenarnya. Tetangga pun memujinya yang taat beribadah.

Para tetangga tahu jika Purwito menderita gangguan jiwa, kadang sembuh dan biasa berinteraksi dengan warga. Namun terkadang juga mengamuk. Sebelum mengalami gangguan jiwa tahun 1995, dia adalah pegawai instalasi listrik.

"Enggak tahu kenapa bisa mengalami gangguan jiwa. Saya habis-habisan menyembuhkan mulai alternatif sampai medis. Padahal seminggu terakhir ini dia tidak kenapa-kenapa, juga tidak mengamuk," kata Kartika (79) sang ibu yang tinggal satu kos dengan Purwito menyeka air mata, Sabtu (23/6/2018).

Kartika kaget melihat tubuh anaknya tergantung di depan lemari pakaian sekitar pukul 14.00 WIB, dia pun langsung keluar meminta tolong warga. Adik Purwito nomor tiga yang tinggal di kos tak jauh dari lokasi kejadian pun kaget dan langsung pingsan.

Purwito adalah anak ke dua Kartika dari empat bersaudara. Semenjak sakit dia tidak lagi bekerja dan tinggal bersama ibu dan dua keponakannya dari kakak pertama di kosan tersebut.

Selama ini kebutuhan Purwito dan sang ibu ditanggung anak pertama dan sisa warisan.

Meski kondisi Purwito yang membutuhkan perhatian khusus, tak membuat Kartika menyalahkan keadaan. Perempuan paruh baya yang terlihat memiliki tubuh kurus dan rambut panjang memutih ini tampak tegar.

"Seminggu ini kelakuannya sedikit aneh, melihat kalender terus-terusan. Saya tanya 'ngapain sih kamu lihat kalender terus, ada apa?' Tapi dia nggak jawab, diam saja," ucapnya.

Kemudian empat hari lalu, Purwito sempat mengatakan kepada sang ibu jika dia merasa bersalah karena selama ini hanya merepotkan orangtua.

"Dia bilang 'aku bingung buk, nyusahno (menyusahkan) ibu'. Saya jawab, 'lapo (ngapain) susah-susah sing penting (yang penting) bisa makan' saya bilangi gitu. Lalu dia bilang lagi 'aku bien iso nyambut gawe iso ngekei ibuk, saiki mung nyusahno ibuk (aku dulu bisa kerja ngasih ibu uang, sekarang cuma menyusahkan ibu)'," cerita Kartika sedih menyeka air mata.

Kartika berharap, Tuhan menerima amal ibadah anaknya. Meski kondisinya gangguan jiwa namun selama ini Purwito rajin ibadah dan baik kepadanya.

"Kalau kambuh dia memang mengamuk, pecahin barang-barang. Tapi sebenarnya dia anak yang baik," tutupnya. (Surya/Pipit Maulidiya)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved