Menristekdikti Resmikan Teaching Industry Steamcell
Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof Muhammad Nasir meresmikan Teaching Industry Steamcell,
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof Moh Nasir meresmikan Teaching Industry Steamcell, Rabu (11/7/2018).
Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell (P3S), dr Purwati SpPD mengungkapkan pusat stem cell telah menjadi pusat unggulan tinggi stem cell sejak 2007.
Stem cell, kata Purwati, menjadi harapan baru dunia kedokteran ketika perkembangan medical treatment internasional mulai meninggalkan syntetic ke biologycal, dan ini sesuai revolusi industri 4.0.
Untuk teaching industri P3S, ada 3 institusi yang berperan, yakni Kemenristekdikti terkait dana hibah, sedangkan P3S transfer teknologi. Selain itu, mitra industri yang ada serta hilirisasi yang terpilih yakni PT Phapros sebagai pabrikan farmasi.
Baca: Ronaldo Gabung Juventus, Nasib Simalakama Akan Dialami Higuain dan Dybala
“Sisi teknologi ini bisa transfer ke teman-teman di Phapros. Izin operasional dan gedung kami approve dengan BPPOM, izin operasional dari Kemenkes. Dalam pengembangan stem cell ini kita tak bisa sendiri harus integrasi,” sambungnya.
Selain meresmikan Teaching Factory, juga dilakukan peresmian pada produk Metabolit Stem Cell, dengan keluaran produk berupa anti aging.
“Kenapa kami ambil produk anti aging, karena pasarnya luas,banyak dibutuhkan dan untuk percepatan skill up lebih cepat. Metabolik ini bahan-bahan yang mengandung grow faktor yang di sekresi oleh stem cell untuk dijadikan formula hingga memberikan efek anti penuaan faktor,” urainya.
Untuk pembuatan bahan ste cell anti aging, digunakan sel yang diambil dari plasenta dari ibu yang melahirkan. Plasenta ini di skrining dan dijadikan bahan stem cell.
“Saat ini dalam tahap registrasi BPOM, kami harapkan tahun depan sudah mempunyai izin edar dan diproduksi skala besar,” lanjutnya.
Prof Muhammad Nasir dalam sambutannya berpesan capaian ilmu yang tinggi tidak lantas menutup diri. Sehafusnya terus mengembangkan dan terbuka.
“Kalau itu bisa dilakukan maka stem cell bisa berkembang,” kata Nasir.
Baca: Menristek : Unair Harus Lahirkan Inovasi Baru di Bidang Farmasi
Menurutnya, sebelumnya banyak pabrikan farmasi ingin mengembangkan stem cell namun gagal karena tidak menggandeng perguruan tinggi.
“P3S dengan Phapros kerjasama. Pertanyaannya, kuncinya di Badan POM jika ingin berkembang. Badan POM mulai proses sampai output. Waktu yang dibutuhkan panjang. Oleh karena itu proses bukan di Badan POM, tugasnya di ISO. Badan POM perlu reform. Supaya tidak satu. Kalau satu akan timbulkan, bahasa keren terjadi KKN. Tugas Badan POM output,” tandasnya.
Pemerintah tahun 2018, kata Nasir, mengalokasikan anggaran Rp9,3 Miliar untuk pengembangan stem cell. Stem cell diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dari sisi kesehatan. (Sulvi Sofiana/Ovi)