Kalbe Farma Canangkan Rp 200-300 Miliar Dana Penelitian untuk Pengembangan Kebutuhan Bahan Baku
PT Kalbe Farma Tbk mencanangkan sekitar Rp 200-300 miliar untuk dana penelitian terkait prospek pengembangan masa depan.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Dwi Prastika
Laporan wartawan TribunJatim.com, Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius mengatakan, setiap tahun Kalbe mencanangkan sekitar Rp 200-300 miliar untuk dana penelitian terkait prospek pengembangan masa depan, utamanya kebutuhan bahan baku impor, seperti ginseng, jahe merah, hingga selasih.
"Berhasil atau tidak berhasil, upaya penelitian itu akan terus kami lakukan untuk pengembangan jangka panjang. Mengingat bahan baku masih impor," terangnya usai peresmian Laboratorium Kultur Jaringan di Universitas Surabaya, Rabu (18/7/2018).
Kata Vidjongtius, selama ini pihaknya mengimpor bahan baku ginseng dan jahe merah kebanyakan dari China, India, dan Korea.
• Tekan Impor Ginseng, PT Bintang Toedjoe Investasi Rp 200 Miliar untuk Laboratorium Kultur Jaringan
Sementara untuk selasih diimpor dari India.
"China dan India memiliki perkembangan yang sangat pesat sekali terkait bahan baku herbal," katanya.
Kendati begitu, Kalbe melalui anak perusahaannya PT Bintang Toedjoe menjalin kerja sama dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dan Hanbang Bio Co Ltd meresmikan laboratorium kultur jaringan di Fakultas Teknobiologi Ubaya.
Dari kerja sama itu, Vidjongtius mengatakan pihaknya mengembangkan bahan baku industri obat berbahan sintesis atau berbasis tanaman microorganisme, mulai dari ginseng hingga jahe merah, di mana dalam jangka panjang bisa menekan 100 persen impor bahan baku.
• Danamon Adira Wilayah Jatim Bagi-bagi 4.470 Buku di Empat Taman Baca
"Namun, rencana kami ini jahe merah. Melihat kebutuhan jahe merah sangat besar. Sebelumnya kami juga sudah menggandeng pihak lain untuk menggerakkan 300 petani jahe merah," ujarnya.
Dia melanjutkan, laboratorium kultur jaringan itu merupakan kali pertama yang dilakukan dan menjadi sesuatu yang baru di Kalbe.
Dengan adanya laboratorium kultur jaringan itu, lanjutnya, ke depannya tren masa depan industri farmasi bisa berkembang pesat dan malah bisa melakukan ekspor bahan baku.
• Think Indonesia Targetkan Gaet 10 Mahasiswa sebagai Pejuang Usaha dengan Omzet Rp 300 Juta Per Bulan
Adapun pertumbuhan rata-rata industri farmasi atau obat herbal secara umum, kata Vidjongtius, sampai saat ini masih dalam kondisi positif dan kebutuhan pasar masih terus ada.
"Pertumbuhan masih positif meski tidak sampai dua digit, ya sekitar 5-7 persen. Sementara, Kalbe melakukan ekspor produk sekitar Rp 1 triliunan atau sekitar 5-6 persen," pungkasnya.
Yuk subscribe YouTube Channel TribunJatim.com