Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Lamongan Krisis Air Bersih dan Sumur Mengering, Warga Dua Kecamatan Rebutan Air

Warga dua kecamatan di Kabupaten Lamongan saling berebut air karena krisis air bersih merajalela.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
SURYA/HANIF MANSHURI
Pengiriman air bersih dari BPBD ke Desa Wajik, Kabupaten Lamongan yang krisis air bersih, Jumat (6/10/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Krisis air bersih pada musim kemarau ini tidak hanya dirasakan masyarakat di wilayah Selatan Lamongan seperti sejumlah desa di Kecamatan Tikung dan dua desa di Kecamatan Sugio.

Sebagian warga Kecamatan Deket dan Kecamatan Turi kini juga merasakannya. Bahkan dalam sejarah, baru kali ini sebagian desa di Kecamatan Deket mengalami krisis air bersih.

Sejak kondisi air di Sungai Bengawan Jero dan anak sungai kering, sumur -sumur bor yang ada di sawah yang selama ini tidak dimanfaatkan, sekarang serentak dipompa untuk pengairan sawah mereka.

Pompanisasi yang memanfaatkan sumur bor dengan diameter lebih besar secara serentak praktis mempengaruhi sumur bor milik penduduk yang notabanenya diameter pipa lebih kecil.

"Sumur warga sudah tidak ada yang keluar. Kering tidak ada sumbernya lagi," gerutu Udin warga Deket, Selasa (31/7/2018).

Sumber sumur bor milik penduduk habis kalah disedot sumur-sumur besar yang ada di yang kini ditanami padi.

Meski air sumur rasanya ampang dan nantinya sangat berpengaruh (menurun, red) dengan hasil produksi, para petani terpaksa memanfaatkannya.

"Tidak akan panen kalau tidak menggunakan air sumur, " ungkap Saiun.

Karena air di sungai sudah tidak ada lagi. Diakui, pemanfaatan air sumur bor mempengaruhi sumur penduduk.
Sudah sejak tiga pekan ini sumur warga tidak mengeluarkan sumbernya dan kering.

Kini warga sebagian besar warga Deket yang ada di Utara jalan raya nasional dan Turi terpaksa harus membeli air."Terpaksa beli air untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK)," kata Asiyah, warga Deket.

Untuk 1.100 liter harus merogoh kocek sebesar Rp 80 ribu. Ada juga yang beli air jerigenan dan air yang diangkut mobil menggunakan tandon.

Warga sendiri tidak bisa melarang para petani yang menguras sumur bor di sawah-sawah.

"Sama-sama butuh air untuk pengairan sawah dan juga tambak," ungkapnya.

Sementara air dari Sungai Bengawan Solo yang dimasukkan melalui anak sungai Melik tidak menjangkau ke Deket. Hanya sebagian yang terlayani, dan itupun hanya di senagian Kecamatan Turi. (Surya/Hanif Manshuri)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved