Gara-gara Sikap Negara ‘Terlalu Baik’, Venezuela yang Dulu Bergelimang Harta Kini Jatuh Miskin
Venezuela berada di ambang kehancurannya karena tingkat inflasi yang sangat tinggi. Semua gara-gara sikap 'terlalu baik' pemerintah.
Penulis: Alga | Editor: Edwin Fajerial
TRIBUNJATIM.COM - Sejak kematian mantan presiden Hugo Chavez pada tahun 2013, Venezuela dilanda krisis ekonomi.
Namun tahun ini, Venezuela berada di ambang kehancurannya karena tingkat inflasi yang sangat tinggi, TribunJatim.com melansir Intisari.grid.id.
Semua rakyatnya kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka.
• Ribuan Pelajar Lumpuhkan Ibu Kota Bangladesh, Pemerintah Lawan dengan Taktik Cerdas
Uang kertas bolivar (mata uang Venezuela) nyaris tak ada nilainya dan merupakan salah satu mata uang dengan nilai tukar paling rendah di dunia.
Padahal dulu negara ini terkenal sangat kaya raya.
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia.
Tapi kekayaan itu yang kemudian menjadi awal dari kehancuran Venezuela.
• 12 Anak-anak Pemain Bola Ditemukan Hidup Dalam Goa di Thailand, Berikut Fakta-faktanya
Seperti negara penghasil minyak lainnya, 95% pemasukan Venezuela berasal dari ekspor minyak.
Ini artinya uang masuk ke negara ini sangat bergantung pada harga minyak dunia.
Saat harga minyak dunia sedang tingi, pemasukan negara sangat besar dan begitu pula sebaliknya.
• Fakta-fakta Bayi 5 Bulan Ditemukan Tewas di Dalam Kulkas Babysitternya, Sang Ibu Tulis Pesan Ini
Venezuela juga mengalami kesenjangan sosial yang sangat besar dengan semua orang kaya sebagai pemilik bisnis di negara itu.
Mengakibatkan warga miskin makin miskin.
• Rekam Jejak Shaun Evans Wasit Laga Indonesia VS UEA yang Panen Kritikan, Pernah Buat 13 Putusan Aneh
Sejak Hugo Chavez berkuasa di tahun 1999, ia langsung menerapkan kebijakan untuk menyetarakan ekonomi rakyat.
Sebagian besar keuntungan negara dari penjualan minyak dialokasikan untuk program sosial gratis bagi rakyat, termasuk subsidi dan usaha-usaha mengentaskan kemiskinan.
Chavez juga berani memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan bergabung dengan China dan Rusia.