Menteri Ketenagakerjaan RI: Perubahan Industri Sebabkan Karakter Pekerjaan dan Kemampuan Berubah
Perubahan pada industri menyebabkan karakter pekerjaan sekaligus tuntutan skill atau kemampuan manusia ikut berubah.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Ani Susanti
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Perubahan pada industri menyebabkan karakter pekerjaan sekaligus tuntutan skill atau kemampuan manusia ikut berubah.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Muhammad Hanif Dhakiri, disela-sela kegiatan pengukuhan 1274 mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) di Dyandra Convention Center, Senin (3/9/2018).
Hanif menyebut, kondisi ITU menjadi tantangan bagi pengajar untuk bisa mendidik dengan skill dan pengetahuan yang sesuai zaman.
"Kreativitas dan inovasi merupakan kuncinya, bukan hanya dari skill saja. Karena ekonomi di Indonesia kini bukan hanya berbasis industri, melainkan knowledge based on economy. Artinya, konsep SDM diterjemahkan human resources capital," ujarnya.
• Viral Video Kocak Atlet Goda Petugas Imigrasi Pakai Bahasa Indonesia dan Nyanyi Indonesia Raya
Dijelaskan Hanif, tantangan di Indonesia, utamanya terkait ketenagakerjaan masih berada dilingkup kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran.
"Substansi dasarnya itu ada di pengangguran. Namun, untuk tahun ini kondisi di Indonesia cukup baik, menurun 5,1 persen. Presentase ini bisa dibilang menjadi angka pengangguran paling terendah dibandingkan periode sebelumnya," jelasnya.
Sementara untuk kemiskinan, menurun satu digit dan indeks ketimpangan juga turun dari 0,41 persen menjadi 0,39 persen.
• 5 Hal Tentang Ziarah Prabowo Subianto ke Makam Pendiri NU Jatim, PDIP Ajak Semua Pihak Tahu Batasan
Hanif mengatakan, seseorang dikatakan miskin karena pendapatan yang diperoleh rendah dan pekerjaannya tidak berkualitas akibat pendidikan dan keterampilannya.
"Nah, itulah rantai yang harus dipotong. Selain itu, yang jadi soal adalah bahan baku SDM kita luar biasa menantang. Karena dari sekitar 133 juta angkatan kerja, 58 persennya merupakan lulusan SD dan SMP," ungkapnya.
Untuk itu, kata Hanif, pemerintah dan seluruh instansi pendidikan harus gencar dan terus menggenjot akses pendidikan serta pelatihan kerja yang lebih baik bagi masyarakat yang berada di lingkup kemiskinan tersebut.
"Pemerintah menargetkan membangun balai pelatihan kerja di 1000 titik. Tahun lalu, sudah mencapai 50 titik. Tahun ini lebih tinggi yakni sudah 70 titik," paparnya.
• Trending Berkat Via Vallen - Ini Sosok Penyanyi Kuch Kuch Hota Hai di Closing Ceremony Asian Games
Selain pembangunan balai pelatihan, dijelaskan Hanif, pihak pemerintah juga mencanangkan pertama, skema pendanaan pelatihan dan kini sedang pemrosesan.
"Kedua, unemployement benefit yang diperuntukkan bagi yang terkena PHK. Melalui program ini bagaimana caranya yang terkena PHK masih terus menyambung hidup dan bisa terus bekerja seiring dengan perubahan industri dan karakter pekerjaan yang begitu cepat," tukasnya.