Tanpa Kehadiran Bupati, Jamasan Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas Terasa Hambar
Pencucian atau jamasan Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas terasa hambar, tanpa kehadiran sang Bupati.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Pusaka milik Kabupaten Tulungagung, Tombak Kanjeng Kyai Upas kembali menjalani proses penjamasan (pencucian), Jumat (21/9/2018).
Prosesi ini dilaksanakan di ruang penyimpanan pusaka milik Pemkab Tulungagung, di gedung perpustakaan Jalan Urip Sumoharjo Kelurahan Kepatihan.
Namun upacara yang diadakan setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa ini terasa hambar.
Sebab Kabupaten Tulungagung belum mempunyai bupati definitif.
Prosesi penyerahan air siraman pusaka dilakukan oleh Sekretaris Daerah (Sekda), Indra Fauzi selaku Plh bupati.
• Syahri Mulyo Ditahan KPK, Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Tulungagung Dipindahkan ke Jakarta
Padahal seharusnya menerima air pusaka ini adalah bupati, atau setidaknya wakil bupati.
Seluruh prosesi dilaksanakan seperti biasanya. Namun tanpa kehadiran bupati, prosesi seperti kehilangan roh.
Indra Fauzi mengatakan, jamasan pusaka ini adalah budaya leluhur yang harus dilestarikan.
Apalagi kepercayaan masyarakat Tulungagung, akan sejarah panjang Kyai Upas.
Salah satunya membentengi Tulungagung dari marabahaya.
"Bahkan kepercayaan turun temurun, tombak ini dulu mampu menghadang pasukan Belanda yang hendak masuk ke Tulungagung," tutur Indra.
• Dinyatakan Memenuhi Syarat, Empat Caleg DPRD Jatim ini Pilih Mundur
Sepanjang prosesi jamasan terus melantun ayat-ayat suci alquran.
Menurut Indra, lantunan ayat itu adalah doa masyarakat Tulungagung, supaya wilayah ini "ayem tentrem, mulyo lan tinoto", seperti slogan pemimpin.
Usai prosesi jamasan, tombak pusaka dikembalikan ke ruang penyimpanan.
Selanjutnya dilaksanakan selamatan dan makan bersama bubur Suro.