Rumah Politik Jatim
Blusukan ke Sawah di Mojokerto Jelang Malam, Sandiaga Dicurhati Petani Rendahnya Harga Bawang Merah
Blusukan ke sawah di Mojokerto menjelang malam, Sandiaga Uno dicurhati petani akan rendahnya jarga bawang merah.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, bertemu dengan petani bawang merah di Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Minggu (21/10/2018).
Tiba di lokasi, Cawapres yang berpasangan dengan calon Presiden Prabowo Subianto ini langsung meninjau lokasi persawahan milik masyarakat setempat.
Tiba di lokasi ini menjelang malam tiba, Sandiaga langsung blusukan ke lahan persawahan. Di situ, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut melakukan panen raya bersama para petani dengan mencabut secara langsung produk bawang merah.
Di sela acara ini, Sandiaga mendapat curhatan dari beberapa petani. Di antaranya soal masih rendahnya harga bawang merah, komoditi utama yang dihasilkan di daerah ini.
"Kami mendapatkan masukan dari Pak Eko dan Pak Yazid, petani yang ada di sini. Di antaranya, saat ini harga jatuh sekali," kata Sandi di lokasi, Minggu (21/10/2018).
Mengutip penjelasan warga, saat ini harga bawang merah nanya ada di kisaran 3 ribu rupiah per kilogram. Murahnya harga hasil produksi, berbanding terbalik dengan tingginya biaya produksinya.
"Biaya produksinya di atas itu. Sehingga petani saat ini mengeluh," katanya.
Selain dari harga yang terus tergerus, Sandi juga mengungkap soal keluhan petani terkait bibit dan pupuk yang relatif mahal.
"Sehingga mereka memerlukan pendampingan disaat yang serba sulit ini," kata Sandiaga
Sandiaga pun menegaskan bahwa pihaknya bersama Prabowo telah memiliki program-program yang memastikan bahwa harga bawang tidak akan jatuh seperti sekarang. Di antaranya, melalui penetapan batas atas dan batas bawah harga komoditi.
"Kami akan menetapkan harga sehingga petani juga akan merasakan keuntungannya. Sehingga mereka bisa meningkatkan kesejahteraannya," tegas Sandi.
Ia menambahkan bahwa permintaan bawan di kota-kota besar maupun di beberapa wilayah Indonesia cenderung sama. Namun, Sandiaga menyebut yang menyebabkan harga cenderung tak stabil adalah pada rantai distribusinya.
Ia lantas mencontohkan Provinsi DKI Jakarta yang pernah ia pimpin bersama Gubernur Anies Baswedan telah memiliki pusat penjualan produk pertanian. Yakni, food station.
"Kami di Jakarta telah memiliki program food station yaitu membeli barang di depan sesuai dengan kebutuhan. Sebab, kami telah mengetahui kebutuhan bawang itu adalah berapa ton tiap bulannya," kata Sandi.
Sandiaga juga berharap bahwa pemerintah dapat menekan angka impor bawang.