Hadapi Revolusi Industri 4.0, Rektor Unair Menilai Perlu Ada Rancangan Kurikulum yang Tepat
Dalam menyiapkan SDM yang tepat menghadapi Revolusi Industri 4.0, perlu ada dukungan dari fasilitas yang mumpuni dan kurikulum yang tepat.
Penulis: Samsul Arifin | Editor: Ani Susanti
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Syamsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih, menilai dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat menghadapi Revolusi Industri 4.0, perlu ada dukungan dari fasilitas yang mumpuni dan kurikulum yang tepat.
Nasih menyebutkan, sebanyak 20 persen pihaknya telah melakukan proses e-learning.
Hal itu merupakan upaya menghadapi perubahan dunia yang begitu cepat.
Kendati demikian, dia tidak menafikan bahwa di Indonesia, bertatap muka dengan dosen, dalam proses pembelajaran, adalah langkah yang masih dilestarikan.
“Walau bagaimanapun bertatap muka dengan dosen adalah masih suatu hal yang diperlukan. Uniknya kan begitu. Kalau di Indonesia kan kalau gak ketemu kurang lega. Akan banyak perubahan kurikulum, penyesuaian dan lain-lain dan itu pasti,” jelasnya kepada TribunJatim.com, Selasa (13/11/2018).
• Soal Revolusi Industri 4.0, Rektor Unair Bahas Skripsi, Pola Pikir dan Materi Perkuliahan Mahasiswa
Pihaknya pun tidak mewajibkan hal itu, namun yang ditekankan adalah kurikulum yang perlu dirancang guna berkontribusi mengatasi masalah persoalan bangsa.
Mengingat persoalan dunia saat ini berbeda dengan dahulu.
Maka, lanjut Nasih, diperlukan kurikulum yang tepat dalam mengatasi hal itu.
“Outputnya begini selama ini ketika membuat tugas akhir sebagai ujung dari sebuah proses pendidikan itu bagaimana bisa memecahkan dan berkontribusi pada persoalan yang dihadapi. Baik itu bikin sistem dan lainnya karena dalam rangka memecahkan atau memberi solusi,” paparnya.
• Hadir di Unair Surabaya, Ignasius Jonan: Revolusi Industri Bukan Lagi Will Come, Tapi Has Come
Nasih pun tak menampik dengan skripsi saat ini yang masih menggunakan cara terdahulu.
Namun, dia memastikan perlunya waktu untuk menuju perubahan itu.
“Meski saat ini sedikit oleng, karena skripsi masih seperti dulu ya pasti butuh waktu menuju ke arah kontribusi. Bukan setebal apa skripsinya tapi kontribusinya memecahkan permasalahan bangsa dengan era yang sedemikian pesat kemajuan teknologinya,” tandasnya.