Melalui Bank Sampah, DLH Malang Ajak Masyarakat Ubah Pandangan Buruk Soal Sampah
Berdasarkan data pada tahun 2017. Di Kabupaten Malang yang dihuni oleh penduduk yang berjumlah 2.576.596 jiwa, menghasilkan timbunan sampah mencapai 6
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kotor, bau dan dibuang begitu saja. Itulah kiasan yang selalu terpikir di benak saat memandang sampah.
Tapi jangan salah, dibalik 'cover' nya yang tampak tak berdaya guna itu. Sampah nyatanya punya segudang potensi, jika diolah dengan telaten. Tak hanya itu, dari sampah pundi-pundi uang juga berpotensi didapatkan karena sampah sejatinya menghasilkan nilai jual.
Berdasarkan data pada tahun 2017. Di Kabupaten Malang yang dihuni oleh penduduk yang berjumlah 2.576.596 jiwa, menghasilkan timbunan sampah mencapai 6.397 m3/ hari.
Mengacu pada hal tersebut, pengelolaan sampah di Kabupaten Malang harus mendapat prioritas dari berbagai pihak.
Dalam tempo tiga tahun terakhir, bank sampah yang ada di Kabupaten Malang sudah memulai untuk promosikan hasil daur ulang sampah menjadi komoditi komersial.
"Kali ini, kita undang rekan kita dari Asobsi (Asosiasi Bank Sampah Indonesia). Jadi ini kan tiap tahun kita adakan gelar produk. Kita kenalkan sampah itu punya daya guna," terang Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Renung Rubiyatadji kepada TribunJatim.com, usai acara Gelar Daur Ulang dan Update Data Bank Sampah se Kabupaten Malang di Pendopo Agung, Rabu (14/11/2018).
• Penurunan Kemiskinan di Era Jokowi Lambat Dibanding Presiden Sebelumnya, Begini Analisa Faisal Basri
Renung menilai sejatinya memulai kesadaran tentang sampah sangat mudah. Bisa dimulai dari pemilihan sampah antara organik dan anorganik, bisa menjadi kontribusi positif untuk lingkungan.
"Mudah sadar sampah itu, ayo memulai memilah sampah rumah tangga berdasarkan jenisnya, seperti yang organik dan yang tidak bisa diurai (anorganik). Melalui bank sampah itu diajarkan pastinya ada keuntungan secara finansial karena sistemnya tabungan," pesannya kepada TribunJatim.com.
Renung menambahkan, terkait produk hasil daur ulang kerajinan yang masih menjadi kendala yaitu pemasaran. Padahal menurutnya kerajinan yang dihasilkan setiap korwil bank sampah di Kabupaten Malang berbeda-beda. Diantaranya, tas, wadah tisu, miniatur sepeda motor dan sebagainya
"Kendala masih pada pemasaran. Sebenarnya ada trik, tips-tips yang harus secara berjenjang. Jadi, dia tidak hanya kita suruh buat, terus kita diam saja ya enggak. Itu bisa dikembangkan sendiri oleh masing masing korwil," tandas Renung.
• Kuasa Hukum Merpati : Akan Bahas Mekanisme Pembayaran Hak Karyawan dan Utang
Oleh karena itu terkait kendala pemasaran, Renung menyebut, dibutuhkan bantuan peran serta instansi terkait untuk pemasaran, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
"Terkait pemasaran, Disperindag, juga SKPD lainnya kayak Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, terus Dinas Pemberdayaan Perempuan, terus Cipta Karya, Cipta Karya kan ada hubungannya sama perumahan. Jadi kalau diikutsertakan ya bagian dari pengurangan sampah," tutup Renung. (ew/TribunJatim.com)